Senin 13 Oct 2014 02:29 WIB

Taiwan Dukung Revolusi Hong Kong

Rep: C74/ Red: Bayu Hermawan
Pro-democracy students study on makeshift desks blocking a main road leading to the Central financial district in Hong Kong October 12, 2014.
Foto: Reuters/Bobby Yip
Pro-democracy students study on makeshift desks blocking a main road leading to the Central financial district in Hong Kong October 12, 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIWAN -- Presiden Taiwan Ma Ying-Joue mendukung revolusi payung yang dilakukan oleh demonstran Hong Kong. Ma juga mendesak Partai Komunis Cina (PKC) untuk membangun Demokrasi Konstitusional di Hong Kong.

Dalam Pidato Hari Nasional Taiwan, Ma Ying-Joue mengatakan Taiwan mendukung demonstran Hong Kong untuk melangkah menuju negara demokratis. Dalam kesempatan yang sama ia juga meminta kepada Pemerintah Cina untuk memungkinkan pemilihan langsung di Hong Kong.

"Tiga puluh tahun yang lalu, ketika Deng Xioping mendorong reformasi dan keterbukaan Cina Daratan, ia sangat terkenal dengan ungkapan 'biar orang menjadi kaya' mengapa saat ini mereka (Para Pemimpin PKC saat ini) tidak dapat melakukan hal yang sama untuk Hong Kong?" katanya Ahad (12/10).

Ma mengatakan bahwa demokrasi tidak terelakan di wilayah Tiongkok. Menurutnya akan semakin banyak daerah Cina yang menginginkan demokrasi dan supremasi hukum yang lebih besar.

Ia melanjutkan, saat ini ada 1,3 miliar orang di Cina Daratan telah menjadi cukup kaya. Ma menambahkan masyarakat menengah atas ini tentu menginginkan demokrasi yang lebih besar.

"Demokrasi tidak pernah menjadi monopoli barat, tetapi hak seluruh umat manusia," katanya.

Dalam pidatonya Ma menyatakan saat ini adalah waktu terbaik bagi PKC untuk menciptakan sistem demokrasi konstitusional di Hong Kong. Taiwan sebelumnya diperintah sebagai negara satu partai. Namun pada tahun 1980 sampai 1990 Taiwan mengalami transisi menuju negara demokratis. Pada tahun 1996 Taiwan mengadakan pemilihan langsung.

"Hari ini kita himbau bahwa sekarang adalah waktu yang paling tepat bagi Cina Daratan untuk bergerak ke arah demokrasi konstitusional," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement