Rabu 29 Oct 2014 12:02 WIB

Sepak Bola Gajah yang Bikin Malu Indonesia

Rep: c79/c61/ Red: Fernan Rahadi
Video sepak bola gajah.
Foto: Republika
Video sepak bola gajah.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi

Lapangan Sasana Krida Akademi Angkatan Udara (AAU), Berbah, Sleman, Ahad (26/10) sore WIB. Sejatinya, partai terakhir Grup 1 antara PSS Sleman melawan PSIS  Semarang itu akan menjadi partai sengit. Hal itu disebabkan keduanya disebut-sebut tengah bersaing menjadi juara grup pada babak delapan besar Divisi Utama

2014.

PSS, meskipun mendapatkan larangan tampil di kandang sendiri Stadion Maguwoharjo, diperkirakan akan mengincar kemenangan atas PSIS. Selain karena ditahan imbang pada pertemuan pertama di Semarang, tim berjuluk Super Elang Jawa itu juga dikabarkan mengincar rekor tak terkalahkan sepanjang babak delapan besar.

Namun yang terjadi di lapangan tersebut justru hal yang tak terduga. Pertandingan tanpa penonton itu berlangsung menjemukan setelah kedua tim terlihat sama- sama tak bernafsu mencetak gol. Puncaknya, saat pada 10 menit terakhir pertandingan para pemain di atas lapangan justru berlomba-lomba mencetak gol ke gawang

sendiri.

Melalui sebuah cuplikan video yang tersebar di dunia maya, awalnya terlihat tujuh pemain berkostum hijau-hijau (PSS), termasuk sang kiper, hanya memain-mainkan bola di area pertahanan sendiri layaknya sedang latihan. Sedangkan para pemain PSIS yang berseragam putih-putih sama sekali tidak terlihat mencoba merebut bola. Mereka juga cuma berada di wilayah pertahanan mereka.

Skor baru berubah setelah seorang pemain PSS menjebol gawang sendiri. Sang kiper terlihat hanya menonton bola yang ditendang sangat pelan itu bergulirmasuk ke gawangnya. Beberapa saat sebelumnya tendangan keras pemain PSS ke gawang sendiri justru dihalau oleh seorang striker PSIS.

Usai gol itu, tensi pertandingan sedikit memanas. Seorang PSIS terlihat meminta para pemain PSS agar segera melakukan kick-off. Namun setelah kick-off dilakukan, alih-alih menyerang ke gawang lawan, para pemain PSS justru menyerbu gawang sendiri dan mencetak gol keduanya. Sang pencetak gol bunuh diri bahkan terlihat merayakan gol itu bersama para pemain lainnya.

Beberapa menit setelahnya, para pemain PSIS mencoba merebut bola dari kaki para pemain PSS. Setelah berhasil, giliran mereka yang membawa bola ke belakang dan menjebol gawang sendiri. Teriakan "ke belakang, ke belakang!" sayup-sayup terdengar dari pinggir lapangan dalam cuplikan video berdurasi 12 menit tersebut.

Setelah melakukan kick-off, berturut-turut para pemain PSIS mencetak gol bunuh diri kedua dan ketiganya ke gawang sendiri. Usaha para pemain PSS, termasuk sang kiper, yang terlihat berpura-pura cedera dengan menjatuhkan diri di tengah lapangan pun sia-sia. Kemenangan pun akhirnya menjadi milik PSS dengan skor 3-2.

Sontak, peristiwa tersebut langsung menjadi bahan perbincangan kalangan luas. Di jejaring sosial seperti twitter dan facebook, kejadian itu langsung menuai   kecaman. Eks kapten tim nasional Indonesia, Bambang Pamungkas, adalah salah satu dari sederet tokoh yang menghujat peristiwa "sepak bola gajah" tersebut.

"Tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun, apa yang tersaji antara PSS versus PSIS sore tadi tidak dapat ditolerir. PSSI harus bertindak," katanya lewat akun twitternya, @bepe20.

Sementara itu salah satu kelompok suporter PSIS, Panser Biru Djabotabek, langsung menuntut permintaan maaf dari manajemen PSIS kepada masyarakat Semarang. "Tindakan pada pertandingan melawan PSS Sleman adalah pelecehan bagi nilai nilai sportivitas dalam olahraga," ujarnya lewat pernyataan resmi.

Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pun langsung menggelar sidang terkait peristiwa tersebut, Selasa (28/10) malam WIB. Hasilnya, kedua klub resmi didiskualifikasi dari kompetisi Divisi Utama 2014.

Sebelumnya, Sekjen PSSI Joko Driyono mengatakan ada indikasi kedua tim memilih calon lawan yang menurut mereka lebih mudah dikalahkan pada laga semifinal. Seperti diketahui, dua tim yang lolos ke final Divisi Utama berhak memperoleh tiket promosi ke kompetisi Liga Super Indonesia (ISL) musim depan.

Pihak yang menang pada laga itu sejatinya akan bertemu runner-up Grup 2, Borneo FC pada babak semifinal. Sedangkan pihak yang kalah akan bertemu juara Grup 2, Martapura FC. Jika baik PSS maupun PSIS sama-sama ingin kalah pada laga tersebut maka logikanya mereka ingin menghindari Borneo FC pada partai semifinal.

Namun kedua tim sama-sama membantah anggapan tersebut dan saling menyalahkan satu sama lain. Chief Executive Officer (CEO) PSIS, Yoyok Sukawi, membantah jika timnya sengaja menghindari lawan pada babak semifinal. Yoyok menjelaskan jika klub berjuluk Mahesa Jenar itu hanya menjadi korban dari rencana kotor yang dilakukan PSS.

"Kami kaget ketika melihat mereka (PSS) melakukan dua gol bunuh diri dalam waktu yang sangat berdekatan. Merasa bakal menjadi korban rencana kotor, anak-anak  pun spontan melakukan hal yang sama," ujar Yoyok kepada Republika, Selasa (28/10).

Yoyok menambahkan, andaikan saja PSIS berniat menghindari lawan pada babak semifinal maka ia akan menginstruksikan timnya untuk tidak berangkat ke Sleman dan memilih kalah WO.

Sementara itu dari pihak PSS juga mengungkapkan hal yang serupa. Manajer PSS, Suparjiono, mengaku timnya tidak sengaja mau mengalah pada pertandingan tersebut. Ia justru mempertanyakan keseriusan para pemain PSIS yang hanya saling mengoper di wilayah pertahanannya sendiri seolah tidak ada niat menjalani pertandingan.

Direktur Operasional PSS, Rumadi, pun meminta PSSI berkaca mengapa Borneo FC sampai dihindari oleh PSS dan PSIS.“Kalau Borneo FC sampai dihindari berarti ada apa-apanya kan?” ujar Rumadi.

Rumadi pun berharap pihak PSSI melakukan investigasi mendalam perihal kejadian tersebut. Ia meminta badan tertinggi sepakbola Indonesia itu bersikap netral dan memutuskan dengan melihat keseluruhan aspek yang terkait dalam kasus ini.

Apapun alasan di balik PSS dan PSIS melakukan 'sepak bola gajah' tersebut, tindakan keduanya jelas telah mencederai semangat fair play sepak bola. Kejadian ini seolah membuka 'luka lama' dunia sepak bola nasional tepatnya pada perhelatan Piala Tiger 1998.

Saat itu, Indonesia dan Thailand, yang sudah dipastikan lolos ke semifinal, harus saling berhadapan pada laga penentuan juara Grup A. Pemenang pada laga itu akan berhadapan dengan tuan rumah Vietnam yang di luar dugaan hanya menjadi runner-up Grup B.

Indonesia dan Thailand rupanya sama-sama tak mau bertemu dengan Vietnam. Hal itulah yang membuat pertandingan antara Indonesia melawan Negeri Gajah Putih di Stadion Thong Nhat, Ho Chi Minh City, menjadi berlangsung bak drama sinetron.

Setelah bemain imbang 2-2 selama 86 menit, pemandangan aneh terlihat saat para pemain Thailand malah berusaha memperkuat pertahanan Indonesia ketika para

pemain Indonesia memainkan bola di kotak penalti sendiri.

Bek Indonesia, Mursyid Effendi akhirnya tampil sebagai 'pahlawan' setelah dengan sengaja memasukkan bola ke gawang sendiri pada menit ke-90. Penjaga gawang Kurnia Sandy hanya terdiam melihat gawangnya kebobolan.

Melihat kejadian ini, FIFA sebagai badan tertinggi sepakbola kemudian melakukan penyelidikan terhadap pertandingan tersebut. Mursyid pun akhirnya diganjar hukuman larangan bermain seumur hidup di pentas internasional. Sementara Indonesia dan Thailand masing-masing didenda 40 ribu dolar AS. Merasa malu, Ketua Umum PSSI saat itu, Azwar Anas yang juga hadir menyaksikan pertandingan mengundurkan diri sekembalinya ke Jakarta.

 

Cuplikan sepak bola gajah PSS Sleman versus PSIS Semarang:

Klasemen Liga 1 Musim 2024
Pos Team Main Menang Seri Kalah Gol -/+ Poin
1 Persebaya Surabaya Persebaya Surabaya 12 8 3 1 13 6 27
2 Persib Bandung Persib Bandung 11 6 5 0 19 11 23
3 PSM Makassar PSM Makassar 12 5 6 1 15 8 21
4 Persija Persija 12 6 3 3 18 7 21
5 Pusamania Borneo Pusamania Borneo 12 6 3 3 16 8 21
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement