Kamis 30 Oct 2014 17:29 WIB

Soal DPR Tandingan, Prabowo: Itu Bentuk Ketidakdewasaan

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Esthi Maharani
  Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menghadiri acara pelantikan Presiden di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (20/10).  (Republika/Wihdan)
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menghadiri acara pelantikan Presiden di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (20/10). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan calon presiden 2014 Prabowo Subianto menyesalkan langkah Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang membentuk DPR tandingan. Dia menilai sikap tersebut justru tidak menyelesaikan masalah serta merugikan bangsa dan rakyat Indonesia.

"Pikiran-pikiran seperti itu merugikan bangsa," katanya usai menghadiri acara pembukaan Muktamar PPP kubu Suryadharma Ali (SDA) di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (30/10).

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu mengatakan, tidak ada dalam aturan baik Undang-undang maupun tata tertib mengenai pembentukan DPR tandingan. Menurutnya, sikap itu merupakan ketidakdewasaan elite dalam berpolitik.

"Saya kira tandingan adalah bentuk ketidakdewasaan, nggak ada itu tandingan-tandingan," ujar mantan Danjen Kopassus itu.

Semua pihak harusnya bisa menahan diri dan tetap menjaga kondusifitas. Jangan karena tidak puas, kata Prabowo, lantas membentuk berbagai macam bentuk tandingan-tandingan.

"Semua tandingan, apa kita bikin gubernur tandingan, apa kita bikin bupati tandingan, kalau tidak puas bikin bupati tandingan," ujarnya.

Prabowo semua pihak berpikir positif. KMP menginginkan adanya hubungan baik antara eksekutif dan legislatif. Dalam demokrasi, kata dia, ada yang diberi mandat di eksekutif dan ada yang legislatif. Legislatif yang kuat justru merupakan sesuatu yang menguntungkan rakyat.

Seperti diketahui, partai-partai yang tergabung dalam KIH melayangkan mosi tidak percaya kepada pimpinan DPR. Atas dasar itu, mereka membentuk DPR tandingan dengan menunjuk pimpinan-pinan DPR dari partai politik yang ada di KIH.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement