REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG DUREN — Jakarta Barat menempati urutan pertama dalam jumlah kebakaran di Provinsi DKI Jakarta tahun ini. Tercatat 204 kasus kebakaran terjadi hingga Oktober 2014.
Staf Operasional Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat Syukri Bahana mengatakan, kasus kebakaran terbanyak berasal dari masalah listrik. Kasus lainnya berasal dari lampu, rokok, dan juga kompor. “Perinciannya dari listrik 128 kasus, lampu 2 kasus, kompor 20 kasus, rokok 11 kasus, dan lain-lain 45 kasus,” ujar dia, Kamis (30/10).
Dia mencontohkan Kecamatan Tambora yang dipenuhi usaha rumahan. Bagi dia, usaha rumahan mengharuskan pemakaian listrik dalam jumlah besar. Masalahnya, industri rumah tangga kerap tidak memiliki perangkat listrik yang memadai. "Inilah penyebab utama kebakaran, terkhusus di Tambora yang tingkat kebakarannya tertinggi di Jakarta Barat," kata dia.
Contoh lain seperti daerah Kalideres dan Cengkareng. Dua daerah ini dipadati buruh pabrik. Banyak buruh pabrik yang memiliki daya beli rendah sehingga menyebabkan membeli perangkat listrik yang tidak layak. "Kebakaran meningkat di Kalideres dan Cengkareng, tapi masih di bawah Tambora,” ujar dia.
Dia menyimpulkan penyebab tingginya kebakaran terjadi akibat dua hal. Pertama, menurut dia, terkait kepadatan penduduk. Dia mencontohkan kepadatan penduduk di Tambora mencapai 50 ribu jiwa per kilometer.
Penyebab kedua, pemakaian perangkat listrik yang tidak layak. "Jadi ada kombinasi antara kepadatan penduduk, dan daya beli masyarakat pada perangkat listrik,” ujar dia.
Masalah lainnya, dia menyatakan, jumlah personel pemadam kebakaran masih jauh dari ideal. Personil saat ini hanya 450 orang. Idealnya, Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat memiliki 2.016 personel. "Ini merujuk pada wilayah Jakarat Barat yang terdiri dari 56 kelurahan,” ujar dia.
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan, kebakaran merupakan akibat dari kepadatan penduduk di permukiman kumuh. “Pemukiman kumuh ini sering memakai perangkat listrik yang tidak layak, inilah penyebabnya,” ujar dia.
Dia menyarankan pemerintah agar bisa menata lingkungan kumuh yang ada. Harus ada pendekatan sosial agar pemukiman kumuh ini bisa dipindah dan ditertibkan.
Sepanjang 2014, kebakaran di Jakarta Barat telah menelan korban jiwa sebanyak 20 orang. Adapun kerugian ditaksir mencapai Rp 3,6 miliar.