Jumat 31 Oct 2014 17:03 WIB

Kawasan Rawan Bencana Sinabung Bertambah Luas

  Gunung Sinabung kembali meluncurkan awan panas ketika terlihat di Desa Surbakti, Simpang Empat, Karo, Sumut, Jumat (17/10).  (Antara/Septianda Perdana)
Gunung Sinabung kembali meluncurkan awan panas ketika terlihat di Desa Surbakti, Simpang Empat, Karo, Sumut, Jumat (17/10). (Antara/Septianda Perdana)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kawasan rawan bencana di wilayah Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara sampai akhir Oktober 2014 bertambah luas karena aktivitas erupsi gunung yang tinggi. 

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Jumat mengatakan, pada awalnya rekomendasi hanya dengan jarak radius 3 km, namun kini menjadi 5 kilometer mengarah ke Selatan.

"Ancaman seperti batu pijar, awan panas, abu dan pasir yang sangat pekat bisa mengenai desa yang dalam radius 5 kilometer, seperti Desa Berastepu dan Dusun Sibintun serta Desa Gamber," katanya.

Oleh karena itu, kata Sutopo, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah merekomendasi status di wilayah itu menjadi tiga atau siaga.

Pihaknya juga meminta agar masyarakat atau wisatawan tidak melakukan aktivitas pendakian di dalam radius 3 km.

"Masyarakat dengan radius 3 km, yakni di Kecamatan Payung (Desa Sukameriah) dan Kecamatan Naman Teran (Desa Bekerah, Desa Simacem) agar direlokasi," katanya.

Sementara di wilayah Selatan dan Tenggara Gunung Sinabung yang merupakan bukaan lembah gunung atau lokasi aliran lava dan awan panas, dilarang melakukan aktivitas apa pun dalam radius 5 km.

Sebab, kata Sutopo sangat rawan dan berpotensi terkena guguran lava atau luncuran awan panas, seperti di Kecamatan Payung (Desa Guru Kinayan), Kecamatan Naman (Desa Kutatonggal), Kecamatan Simpang Empat (Desa Berastepu dan Dusun Sibintun serta Desa Gamber).

"Masyarakat yang ada di 4 desa, 1 dusun serta tersebar di 3 Kecamatan itu agar tetap direlokasi ke tempat yang aman, dan relokasinya untuk jangka panjang, karena untuk kembali normal belum bisa diprediksi," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement