REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara Frans Magnis Suseno mengaku khawatir melihat perkembangan politik di DPR. Bila terus berlanjut, bukan tak mungkin malah bisa mengakar ke tingkat bawah.
Sehingga, kata dia, menyebabkan konflik antarpendukung dari dua kubu.
"Kehawatiran itu bisa saja terjadi. Terlebih masyarakat sudah kecewa kepada DPR. Jadi ini suatu jalan buntu yang akan mengancam kehidupan bersama dan akan meluas, bisa menjadi contoh buruk untuk konflik-konflik yang lebih dalam," katanya kepada Republika di Jakarta, Sabtu (1/11).
Sebelumnya, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) melayangkan mosi tidak percaya kepada lima pimpinan DPR. Mereka menilai, pimpinan terlalu berpihak pada Koalisi Merah Putih (KMP) dalam mengambil keputusan di setiap rapat.
KIH kemudian membuat DPR tandingan sebagai bentuk perlawanan kepada DPR. Apalagi, hampir semua pimpinan komisi dan alat kelengkapan dewan dipegang oleh KMP.
"Saya anggap itu reaksi penuh emosi, itu tidak ada. Karena mosi tidak percaya dalam demokrasi parlementer diarahkan pada pemerintah," kata Romo Frans.
Karenanya, Romo Frans berharap para tokoh di legislatif dapat melakukan musyawarah. Para tokoh besar parpol pun diminta memberi nasihat positif kepada masing-masing kadernya yang duduk di legislatif.
"Saya berharap juga kepada tokoh dari dua kubu dapat memberikan pandangan positifnya secara tidak formal kepada anggota partainya, bahwa seperti ini tidak benar," tuturnya.