REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat pada Senin (3/11) menggambarkan persetujuan Israel buat sebanyak 500 rumah baru di permukiman di Jerusalem Timur sebagai "sangat disayangkan" di tengah ketegangan yang terjadi di sana.
"Akan sangat disayangkan pada saat yang sensitif ini" Israel memutuskan untuk menggolkan rencana pembangunannya di Permukiman Ramat Shlomo di Jerusalem Timurlaut meskipun ada penentangan yang disampaikan oleh Amerika Serikat dan negara lain, kata wanita Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jennifer Psaki kepada wartawan dalam satu taklimat harian.
"Kami terus terlibat pada tingkat tertnggi dengan Pemerintah Israel mengenai laporan ini," kata wanita juru bicara itu, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. "Kami terus memperlihatkan posisi kami secara jelas mengenai bagaimana kami memandang pembangunan di Jerusalem Timur."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Dalam Negeri Gideon Sa'ar sepakat untuk mendorong pembangunan tersebut dalam satu pertemuan pekan lalu. Rencana aslinya meliputi 640 rumah, tapi dikurangi guna menghindari kerusakan pada bendungan alam, demikian lapoan media Israel.
Pembangunan Permukiman Yahudi di Jerusalem Timur dan Tepi Barat Sungai Jordan, yang tidak sah berdasarkan hukum internasional dan ditentang oleh kebanyakan negara, telah mengakibatkan macetnya pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina selama bertahun-tahun, termasuk babak paling akhir yang berlangsung dari akhir Juli 2013 sampai April 2014.
Palestina ingin mendirikan negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya, wilayah yang direbut oleh Israel dalam Perang Timur 1967.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry bertemu pada Senin sore dengan pemimpin perunding Palestina Saeb Erekat di Departemen Luar Negeri, dengan pusat perhatian pada perdamaian Timur Tengah, termasuk sistuasi di Jalur Gaza dan ketegangan di Jerusalem, kata Psaki.
Beberapa pekan belakangan telah menyaksikan kerusuhan yang berkorbar di Jerusalem Timur, dan ketegangan secara khusus telah meningkat di Kompleks Al-Haram Asy-Syarif, tempat suci ketiga umat Muslim.
Pemimpin Palestina dan dari dunia Arab telah menyuarakan keprihatinan yang mendalam mengenai apa yang mereka sebut sebagai upaya Israel untuk "meyahudikan" kompleks tersebut.
Psaki membantah laporan pers dari wilayah itu mengenai rencana baru perdamaian yang akan diajukan oleh Kerry untuk melanjutkan perundingan Israel-Palestina.
"Tak ada rencana pada saat ini mengenai rencana perdamaian," katanya. Ia menambahkan, "Jika kedua pihak menunjukkan mereka berminat untuk kembali dan ada keinginan, maka kami akan bersedia menjadi mitra yang layak. Namun, saya kira kita belum melihat bukti mengenai belakangan ini."