REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah tidak mempermasalahkan apakah jaksa agung baru berasal dai eksternal atau internal Kejaksaan Agung. Yang terpenting baginya, jaksa agung baru memiliki semangat dalam pemikiran dan tindakan untuk membersihkan semua permasalahan hukum di Indonesia.
Wasekjen PKS ini menjelaskan dari pengalamannya selama berada di komisi hukum, ia mendapati realita kemungkinan sangkaan hukum terhadap satu kasus, tidak akan semuanya bersih dalam tahapan pemeriksaan kepolisian. Karena jumlah polisi yang mencapai ratusan ribu.
Bahkan di peradilan tingkat I boleh jadi masih ada 'sampah' yang dibawa kepada penuntutan. Dalam pengertian tidak benar-benar bersih dari sekitar 500 peradilan tingkat I di seluruh Indonesia. Untuk itu, Jaksa Agung terpilih nantinya, bisa menyapu bersih semua kotoran diatas, sebelum masuk di persidangan.
"Polisi itu dalam sangkaannya, boleh jadi membawa 'sampah' kepada penuntutan. Misalnya Pengen ngejar setoran, cari muka, segala macam, mungkin. Tapi kalau jaksa ini beres, dia akan menyapu semua itu, sampah-sampah ini beres, sehingga tidak akan memasuki ruang persidangan," katanya di Gedung DPR, Rabu (5/11).
Ia juga mengingatkan Presiden Joko Widodo harus hati-hati dalam memilih figur yang mengisi jabatan tersebut. Karena menurutnya urat nadi dari penegakan hukum di Indonesia, adalah Jaksa Agung.
"Kalau dia salah, hancur semua," ucapnya.