REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kekeringan yang terjadi pada musim kemarau tahun ini tak hanya berdampak pada areal pertanian. Di Kabupaten Indramayu, ribuan hektare areal tambak di sejumlah desa ditelantarkan pemiliknya karena ketiadaan pasokan air.
Di antaranya tersebar di Desa Panyingkiran Lor, Panyingkiran Kidul, Lamarantarung Blok Waledan, Cemara dan Cantigi, Kecamatan Cantigi. Luas areal tambak di desa-desa tersebut totalnya lebih dari 1.000 hektare.
"Sejak sebulan terakhir, lahan tambak benar-benar kering,’’ ujar seorang petambak di Desa Panyingkiran Kidul, Khaerudin, Kamis (6/11).
Khaerudin mengatakan, ketersediaan pasokan air yang cukup menjadi syarat mutlak keberlangsungan budidaya tambak. Karenanya, saat pasokan air berkurang, maka budidaya tambak terpaksa tidak bisa berjalan.
"Kalau dipaksakan tetap tanam, ya nanti (budidaya) pada mati,’’ kata Khaerudin.
Khaerudin biasanya membudidayakan udang di lahan tambak seluas dua petak (1 petak = 0,5 hektare). Namun akibat kering, lahan tambak tersebut kini ditelantarkannya hingga menunggu musim hujan tiba.
Selain mengakibatkan ketiadaan pasokan air, musim kemarau juga mengakibatkan tingginya tingkat salinitas (kadar garam) dalam air tambak. Padahal, tingkat salinitas air yang tinggi mengakibatkan budidaya tidak dapat bertahan hidup.
Khaerudin mencontohkan, tingkat salinitas yang dibutuhkan udang windu mencapai sekitar 10 – 30 per mil. Namun, dia menilai, tingkat salinitas saat ini sudah lebih dari 30 per mil. Hal itu, akan mengakibatkan udang windu menjadi mati.
"Untuk bandeng pun, tingginya tingkat salinitas air akan membuatnya tidak bisa berkembang secara optimal,’’ kata Khaerudin.