REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Bentrokan hampir setiap hari antara warga Palestina dengan militer Israel. Bentrokan ini pun mengakibatkan hubungan Israel dan Yordania memburuk. Pada Rabu (5/11), Yordania memanggil pulang dubesnya di Israel.
Untuk memperbaiki hubungan diplomatik yang rusak ini Perdana Menteri Israel tengah meyakinkan Raja Yordania pihaknya tidak akan menyetujui tuntutan Yahudi Sayap Kanan untuk beribadah di Masjid Al Aqsa, Yerusalem. Pembicaraan tersebut dilakukan antara Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dan Raja Abdullah II melalui sambungan telepon Kamis (6/11).
Dalam percakapan telepon dengan Raja Yordania, Netanyahu menegaskan kembali komitmen Israel untuk mempertahankan status quo Masjid Al Aqsa. Raja Yordania mengharapkan segera mengakhiri semua tindakan kekerasan.
Pemanggilan dubes Yordania sebagai bentuk protes Yordania terkait situs Islam di Yerusalem. Serangan yang dilakukan tentara Israel juga menimbulkan korban jiwa.
Bentrokan ini terjadi terakhir terjadi Kamis (6/11) lalu. Sejumlah 300 tentara Israel terlibat bentrokan dengan warga Palestina.
Yordania telah memberikan peringatan agar Israel dan Palestina mengakhiri konfrontasi. Ini dilakukan sejak Israel melarang warga Palestina dibawah usia 35 tahun memasuki masjid al Aqsa pada Kamis (6/11).
Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan kedua belah pihak dapat berdamai. Karena bentrokan yang terjadi beberapa waktu lalu tidak dapat diterima.
Dia menambahkan Menteri Luar Negeri John Kerry telah berbicara dengan pimpinan Amerika Serikat agar Israel dan Palestina tidak lagi bersitegang. Pejabat Muslim Senior di Gaza Azzam Khatib mengatakan para pemimpin muslim telah mendesak Israel untuk tidak mengizinkan nonmuslim mengunjungi Masjid Al Aqsa karena telah terjadi ketegangan.