REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Donald Trump, pada Ahad (23/2/2025), mengumumkan pihaknya akan memberhentikan dua ribu karyawan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan menempatkan hampir semua staf lainnya pada cuti administratif. Menurut beberapa sumber media, sebuah email telah dikirim ke karyawan USAID.
Email itu menyatakan: "Mulai pukul 11:59 malam EST pada Ahad, 23 Februari 2025, semua personel yang direkrut langsung USAID, kecuali personel yang ditunjuk dan bertanggung jawab atas fungsi-fungsi penting, kepemimpinan inti dan/atau program-program yang ditunjuk secara khusus, akan ditempatkan pada cuti administratif secara global."
USAID juga bermaksud meluncurkan satu program untuk membiayai kepulangan para karyawannya itu jika mereka menginginkannya. Email-email berikutnya diharapkan akan mengungkapkan lebih banyak rincian, seperti yang dinyatakan dalam email yang diterima oleh banyak karyawan USAID, tentang bagaimana melanjutkan email tersebut dalam beberapa pekan mendatang.
Mengikuti saran miliarder teknologi AS Elon Musk yang mengepalai Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), pemerintahan Trump menutup operasi USAID di dalam dan luar negeri. Langkah Trump itu telah mengganggu program bantuan AS secara global, serta mempengaruhi banyak lembaga swadaya masyarakat dan organisasi media yang bergantung pada pendanaan USAID.
USAID didirikan Presiden John F Kennedy pada 1961. Kemudian, Kongres AS menetapkan USAID sebagai lembaga independen, yang berarti bahwa tindakan Kongres diperlukan untuk menghilangkan USAID.
