REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Berdasarkan data yang dihimpun oleh Ahli perbandingan ilmu, Anastasia S. Wibowo, semakin banyak negata-negara Asia yang tertarik dengan elektronik voting (e-voting), di sisi lain, negara maju justru berhati-hati sebelum menerapkan e-voting.
Anastasia menyampaikan, berdasarkan penelitian yag dilakukan di Norwegia mengenai e-voting, diketahui dari seluruh negara yang ada di dunia, hanya ada 31 negara saja yang telah atau pernah menggunakan e-voting dalam pemilihan umum (pemilu). Dari 31 negara ini, kebanyakan merupakan negara-negara dari Amerika, Eropa, dan Asia.
Dari total 31 negara ini, yang menyelenggarakan e-voting secara menyeluruh di negaranya hanya empat negara saja. Negara-negara tersebut ialah Brasil, Filipina, India, dan Venezuela. "Amerika yang merupakan negara adidaya justru tidak menjalankan e-voting secara menyeluruh," jelas Anastasia, Jumat (7/11).
Negara-negara besar yang terhitung maju dari segi teknologi dan ekonomi seperti Jerman, Belanda dan Paraguay, justru memutuskan untuk tidak menggunakan sistem e-voting setelah sempat menerapkannya dalam pemilu di negara-negara tersebut.
Di saat yang sama, Indonesia beserta enam negara lainnya sedang dalam tahap uji coba (pilot) untuk menggunakan e-voting dalam pemilu. E-voting memang memiliki banyak keunggulan seperti perhitungan dan tabulasi suara lebih cepat dan hasil lebih akurat.
Hanya saja, Anastasiamenambahkan, untuk bisa menjalankan e-voting dengan lancar, pengujian terhadap e-voting ini benar-benar harus diperhatikan. "Baik teknologinya, maupun pada pelaksanaannya," ujar Anastasia.