Senin 10 Nov 2014 02:35 WIB

Gawat! Ada Video Kristenisasi di Car Free Day Jakarta

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: M Akbar
video kristenisasi di car free day jakarta
Foto: youtube
video kristenisasi di car free day jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah video mengenai upaya kristenisasi di ibu kota DKI Jakarta beredar melalui situs berbagi video, Youtube.  Dalam video bertajuk 'Spesial: Kristenisasi Terselubung di Car Free Day Jakarta', diperlihatkan sederet upaya sebuah komunitas melakukan gerakan kristenisasi terselubung di dalam rangkaian CFD, 2 November 2014. 

Video tersebut diunggah 3 November 2014, dibuat rtk Channel HD dan berdurasi 23 menit dan 43 detik. Cerita berawal lewat sang pembawa acara, Rateka Winner Lee, yang menunjukkan sejumlah barang yang diperoleh dari pengunjung CFD. 

Barang-barang tersebut meliputi kalung bergambar merpati, biskuit, permen, pin bertuliskan I'm Saved (Saya terselamatkan) dan sejumlah barang lain.  Menurut Rateka, barang-barang itu disebarkan oleh sukarelawan sebuah komunitas yang mengedepankan semangat kebangsaan.

"Tapi dari ciri-ciri mereka mengemban misi khusus di CFD," ujar Rateka.

Setelah itu, Rateka melakukan perjalanan dan menyambangi sejumlah orang, baik itu anak-anak, dewasa hingga manula, yang baru memperoleh barang-barang dari komunitas tersebut.  Semisal, empat orang bocah bersepeda yang diberi kalung bergambar merpati. 

Bocah-bocah itu mengaku tidak mengerti maksud simbol tersebut.  Pun dengan seorang remaja tanggung beserta rekannya yang berjilbab.  Keduanya pun tak memahami makna kalung tersebut.  "Itu simbol kasih dalam kristen.  Soalnya banyak yang gak tahu," kata Rateka. 

Dalam bagian lain video, diperlihatkan seorang sukarelawan meminta para bocah membawa puisi berjudul Indonesia negeri pujaan.  Dari beberapa bocah, hanya satu orang yang membaca puisi dengan lantang. Sukses membacakan puisi tersebut, seorang pria yang mengaku sukarelawan memberikan susu.

Namun ketika ditanya apakah kegiatan semacam ini terkait dengan upaya kristenisasi? Sang sukarelawan pun memberi penjelasan.  "Kita komunitas Peduli Indonesia yang cinta Indonesia.'' 

''Kita mendukung pemerintah yang ada.  Kita ingin berbuat sesuatu karena masyarakat ada untuk mendukung legitimasi pemerintah.  Kita pasti bisa," kata sukarelawan itu. 

Saat ditanya apa saja aktivitas komunitas, sukarelawan membenarkan bahwa komunitas membagi-bagikan kalung, biskuit dan lain-lain. 

"Kita harus berbuat sesuatu gak bisa nunggu," ujarnya.  Terkait keberlanjutan aktivitas komunitas, sukarelawan itu mengaku masih wait and see.  Jika ada yang menyalurkan bantuan, bagi pembagian barang-barang terus berjalan.  "Ini teman-teman yang punya keinginan hati," katanya. 

Saat ditanya, asal gereja, sang sukarelawan membantah.  "Gak ada gereja," ujarnya.  Sementara untuk kalung bergambar merpati, sukarelawan itu menyebut merpati adalah simbol kedamaian.  Negara atheis sekalipun mengakui hal tersebut.  Apakah basisnya gereja? "Nggak, nggak," sukarelawan itu kembali membantah. 

Setelah itu, reportase dilanjutkan dengan pengambilan gambar remaja-remaja yang diberikan kalung bergambar merpati maupun barang-barang lain.  Pengambilan gambar dilakukan pula terhadap remaja-remaja yang diberikan biskuit dan permen.  Menjelang 2/3 reportase, Rateka menangkap sebuah momen yang menjadi penegas kristenisasi tengah berjalan.

Lihat videonya di sini

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement