REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR-- General Manager (GM) PT PLN (Persero) Distribusi Bali, Syamsul Huda mengungkapkan, rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) akan berpengaruh terhadap proses produksi energi listrik.
"Meskipun demikian pihak PLN tidak serta merta akan menaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk menutupi biaya produksi sebagai akibat kenaikan BBM," kata Syamsul Huda didampingi Humasnya Wayan Redika di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, BBM selama ini menjadi salah satu penentu kenaikan tarif dasar listrik. Namun kenaikan TDL sepenuhnya menjadi keputusan pemerintah, melihat sejumlah pembangkit listrik yang ada di Bali masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM).
"Semua itu pemerintah yang mempunyai kewenangan dan PLN hanya menjalankan keputusan pemerintah," katanya.
Menanggapi isu kenaikan BBM, Syamsul Huda menjelaskan pihaknya jauh sebelumnya sudah melakukan upaya mengurangi konsumsi BBM dengan cara mendatangkan energi listrik dari Jawa yang diproduksi dengan batu bara.
Upaya mendatangkan energi listrik dari Jawa ke Bali melalui menambah kabel bawa laut dari semula hanya dua kabel sekarang menjadi empat kabel atau dari 200 MW ssekarang menjadi 340 MW. Dengan adanya tambahan energi listrik dari Jawa menjadikan persediaan listrik di Bali sebanyak 900 MW, sementara beban puncak hanya 763,7 MW sehingga masih memiliki cadangan yang cukup.
Syamsul Huda menjelaskan, pengalaman selama ini jika terjadi kenaikan bahan bakar minyak, pemerintah akan menaikan TDL secara bertahap sehingga mencapai harga keekonomiannya hingga subsidi dihilangkan pada golongan-golongan tarif tertertu.
Hingga saat ini masih ada tarif listrik yang disubsidi pemerintah yakni untuk masyarakat yang menggunakan energi berkapasitas 450- 900 VA. Mengingat cadangan listrik di Bali dalam jumlah mencukupi, jika ada investor baru yang memerlukan energi listrik segera bisa dipenuhi.