REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Direktur Eksekutif Energy Watch Ferdinand Hutahaean menilai kenaikan harga subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai pergeseran konsep Trisakti Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke neoliberalisme.
Padahal saat kempanyenya Jokowi menggadang-gadangkan konsep Trisakti dalam menyusun Anggaran Pendapat Belanja Negaranya (APBN). Hal itu disampaikan, Ferdinand saat menyampai pendapatnya pada acara diskusi Polemik Sindo Radio dengan teman Bola Panas BBM, Sabtu (15/11).
"Padahal pada saat kampanye kemarin yang konsepnya ekonomi kerakyatan. Jika menaikan harga BBM berarti dinahkodai oleh neolib," katanya.
Dengan kenaikan harga BBM ini, menurut Ferdinand, Jokowi telah mendapatkan masukan dari orang-orang dekatnya yang memiliki pemikiran neolib sehingga subsidi BBM harus dinaikan.
"Menurut saya aneh ketika saya tidak tahu apakah Jokowi mengamanat mereka untuk duduk (penasehat). Tapi saya lihat bahwa orang yang menahkodai okonomi kerakyatan Trisakti ini orang neolib yang tentu hasilnya seprti sekarang kita diajak polemik dan ribur maslah kenaiak harga BBM," ujarnya.
Agar wacana kenaikan BBM tidak menimbulkan polemik berkepanjangan, Ferdinand meminta Jokowi menjelaskan berapa cost production BBM premium saat ini.
"Sekarang berani tidak pemerintah membuka Ini cost prodaction BBM premium itu berapa berapa sebetulnya, ko kita mencari seperti mencari batu meteor dari langit yang tidak pernah jatuh ke bumi," katanya.
Dengan tidak menjelaskan berapa cost prodaction BBM premium, Ferdinant menilai pemerintah tidak transparan.