REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota Yerusalem yang ditemukan tahun 4.000 Sebelum Masehi (SM) merupakan daerah yang sangat penting bagi tiga agama Abrahamik, Islam, Kristen dan Yahudi. Di Kota Lama Yerusalem inilah terdapat satu wilayah yang dikenal dengan nama Temple Mount atau Haram al-Sharif (Tanah/Bukit Suci) yang kemudian menjadi area tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah.
Bukit Suci ini memiliki luas sekitar 35 hektar dan dikelilingi oleh tembok berbentuk persegi panjang di bagian timur wilayah Kota Lama Yerusalem yang termasuk kawasan Yerusalem Timur. Karena memiliki nilai yang sangat penting bagi agama Abrahamik, tak pelak wilayah ini menjadi wilayah yang paling diperebutkan. Wilayah ini juga dikenal oleh kaum Yahudi dengan nama Har haBáyit.
Jauh sebelum masjid Al-Aqsa dan Kubah Shakhrah dibangun di wilayah Yerusalem, tepatnya pada 1000 SM, Raja Daud (Nabi Daud A.S) menaklukkan kota Yerusalem dari kekuasaan orang-orang Yebus. Setelah penaklukkan, Raja Daud menjadikan kota Yerusalem ini sebagai ibu kota dari Kerajaan Israel. Ketika Raja Daud wafat pada 970 SM, anaknya Salomo (Nabi Sulaiman A.S) meneruskan tahtanya.
Raja Salomo membangun Bait Suci Pertama (sebelumnya dikenal dengan Bait Solomo) di area Bukit Suci, tepatnya pada tahun 968 SM. Bait Suci Pertama ini terus berdiri kokoh selama 375 tahun. Kemudian, pada tahun 586 SM, Bait Suci Pertama ini dihancurkan oleh pasukan Babilonia.
Konstruksi Bait Suci Kedua mulai dilakukan oleh Raja Cyrus sekitar tahun 538 SM. Proses rekonstruksi Bait Suci Kedua ini memakan cukup banyak waktu dan baru selesai pada tahun 516 SM. Lalu, sekitar tahun 19 SM, Raja Herodes (Herod the Great) melakukan ekspansi besar-besaran. Kala itu, Raja Herodes memerintahkan para tukang batu untuk memotong permukaan batu di sisi timur dan selatan bukit, lalu melapisinya dengan platform buatan dan melakukan rekonstruksi kembali Bait Suci Kedua.
Akan tetapi, terjadi perang pertama yang melibatkan kaum Yahudi dan bangsa Romawi. Usai pemberontakan besar orang Yahudi terhadap pemerintahan Romawi di provinsi Iudaea, Bait Suci Kedua ini kemudian dihancurkan oleh tentara Romawi yang dipimpin Jendral Titus yang merupakan anak dari Kaisar Vespasian pada 70 M.
Pada tahun 530-an M, Kaisar Yustinianus membangun sebuah gereja di situs bekas Bait Suci ini. Gereja Kristen yang dinamai Church of Our Lady ini sengaja dibangun oleh Kaisar Yustinianus sebagai persembahan untuk Bunda Maria. Kemudian, di awal abad ke-7, Kaisar Sassania Khosrau II menghancurkan gereja ini dan hanya menyisakan reruntuhannya.
Tidak diketahui secara pasti, kapan Masjid Al-Aqsa didirikan di wilayah Bukit Suci ini. Mulanya, Masjid Al-Aqsa merupakan sebuah masjid kecil yang dibangun oleh Umar bin Khattab. Kemudian, masjid kecil ini dirombak dan dibesarkan bangunannya pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang kala itu dipimpin oleh Abd al-Malik. Proses rekonstruksi ini baru selesai di masa pemerintahan al-Walid yang merupakan anak dari Abd al-Malik.
Dalam ajaran Islam, dijelaskan bahwa Masjid Al-Aqsa ini merupakan salah satu destinasi dalam perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Dari Masjid Al-Aqsa ini, Malaikat Jibril mengantar Nabi Muhammad SAW untuk melakukan perjalanan ke surga. Di dalam perjalanan ini, Rasulullah bertemu beberapa nabi pendahulunya dan pada akhirnya menerima perintah shalat lima waktu.
Masjid Al-Aqsa ini juga merupakan kiblat pertama untuk menunaikan shalat selama 16-17 bulan setelah perpindahan ke Madinah di tahun 624. Akan tetapi, setelah Rasulullah menerima petunjuk pada saat sedang melaksanakan shalat, Rasulullah mengubah arah kiblat ini menjadi menghadap Ka’bah.
Karena inilah, Bukit suci dianggap menjadi tanah suci ketiga bagi umat Muslim. Meskipun dalam Al-Qur’an sendiri tidak disebutkan kota Yerusalem secara gamblang, kota Yerusalem tempat Bukit Suci ini berada kerap disebut dalam hadist-hadist Rasulullah SAW. Beberapa akademisi juga menghubungkan kesucian Yerusalem ini dengan perkembangan dan perluasan dari suatu gaya sastra yang dikenal sebagai Al-Fadhail atau Sejarah Kota. Fadhail Yerusalem ini kemudian menginspirasi para Muslim, khususnya pada periode Bani Umayyah, untuk memperindah kesucian kota tersebut.