REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mendukung pengurangan jam kerja pada perempuan yang sempat dimunculkan oleh wakil presiden Jusuf Kalla. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua MUI Bidang Pendidikan, Anwar Abbas.
Ia menjelaskan, dalam membangun Indonesia tidak hanya dari segi pertumbuhan ekonomi saja melainkan juga harus mampu menciptakan kehidupan yang sejahtera bagi seluruh rakyat dan anak bangsa. Menurutnya, masalah besar yang dihadapi Indonesia yakni tidak berfungsinya peran keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak.
Hal tersebut dikarenakan kedua orang tua tidak lagi bisa menjadi pengayom, penyemangat dan suri tuladan dalam keluarga karena disibukan dengan bekerja. Sehingga anak tidak lagi dapat merasakan arti dari kehadiran orang tua mereka. Akibatnya anak kehilangan arah sehingga mencari jalan sendiri dan lari kepada hal-hal yang tidak baik seperti terlibat dalam pergaulan bebas, narkoba, dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.
"Gagasan pak JK (Jusuf Kalla) untuk mengurangi jam kerja perempuan dua jam dalam sehari patut kita sambut dengan gembira. Kalau yang akan kita kejar hanya pertumbuhan ekonomi saja maka ide pak JK ini sangat tidak mendukung ke arah itu," ucapnya.
"Tapi kalau usahakan dan ciptakan adalah juga bagaimana anak-anak bangsa dapat merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan serta memiliki motivasi yang tinggi dalam hidupnya maka ide pak JK ini benar-benar memberi harapan, " ucapnya.
Ia menambahkan, ide serta konsep dari Bapak JK ini dapat menjadi solusi. Diharapkan, dengan pengurangan jam kerja pada perempuan maka sang ibu memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus, memperhatikan serta memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Sehingga anak-anak bangsa tidak hanya menjadi anak-anak yang cerdas otaknya tetapi juga baik hati dan budinya.