REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dukungan terhadap Palestina terus mengalir dari benua Eropa. Kali ini, Perancis berinisiatif menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi internasional tentang penanganan konflik Palestina.
"Ini merupakan langkah diplomatik yang mesti diambil Perancis," ungkap Presiden Perancis, François Hollande, seperti dilansir media i24 News, Kamis (27/11).
Sebelumnya, direncanakan 2 Desember 2014 Parlemen Perancis akan mengadakan voting yang mendesak Pemerintah Perancis untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara merdeka. Ini dilatari pula oleh tensi ketidaksepahaman yang meningkat antara Eropa dan Israel.
Rencana voting tersebut diinisiasi Partai Sosialis Perancis. Kemudian, inisiatif ini diikuti pula oleh Parlemen Inggris. Pemerintah Swedia pun lantas mengakui eksistensi Palestina sebagai sebuah negara berdaulat.
Melihat sambutan dari negara-negara luar ini, Parlemen Perancis kian mengimbau Pemerintah Perancis untuk segera mengakui negara Palestina. Hal ini dipandang sebagai solusi riil dalam mewujudkan resolusi konflik di Timur Tengah.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Senin (24/11) memperingatkan Pemerintah Perancis untuk tidak gegabah mengakui Palestina.
Dalam sebuah wawancara dengan media i24 News, tokoh zionis ini memperlihatkan kecemasannya terkait rencana voting parlemen Perancis tersebut.
"Lihat saja, setiap kali kita beri Palestina wilayah teritorial, seperti di Gaza, ribuan serangan roket terhadap kami kian menjadi. Apa Parlemen Perancis mempertimbangkan ini?" tanya Benjamin Netanyahu dengan sedikit geram, Senin (24/11).
Netanyahu juga menambahkan, dirinya sangat kecewa terhadap sikap Parlemen Perancis yang tidak menganggap kelompok Islam sebagai ancaman untuk Timur Tengah.
Menurutnya, agar perdamaian terlaksana, kawasan sub-urban Yerusalem tidak boleh diperuntukkan kepada Palestina. Sebab, kata Netanyahu, hal itu akan membahayakan kehidupan warga Israel di kota tersebut.
Netanyahu selanjutnya menegaskan, rencana Parlemen Perancis untuk mengakui eksistensi negara Palestina tidak akan berbuah perdamaian.
Bahkan, sebaliknya, pengakuan tersebut akan mempertinggi tensi kekerasan. Sebab, kata Netanyahu, kekuatan militer Palestina akan kokoh sehingga membahayakan Israel.
"Israel merupakan negara demokratis yang telah lama didukung mayoritas negara Eropa dalam memerangi militansi Islam, terutama Hamas," kata Netanyahu.