Sabtu 29 Nov 2014 05:31 WIB

Hari ini, Ketua Umum PBNU Dikukuhkan Sebagai Guru Besar

Rep: Syahruddin El-fikri/ Red: Agung Sasongko
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj berpidato saat Halal Bihalal Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta, Ahad (25/8).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj berpidato saat Halal Bihalal Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta, Ahad (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, akan dikukuhkan sebagai guru besar bidang tasawuf pada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Pengukuhan itu akan dilakukan hari ini, Sabtu (29/11) di Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya.

Staf Ahli Ketua Umum PBNU Syamsul Hadi menjelaskan, pengukuhan KH Said Aqil Siroj sebagai guru besar bidang tasawuf, semakin membuktikan sosok ketua umum PBNU itu sebagai ahli atau pakar pada bidang tasawuf.
"Selama ini memang beliau (KH Said Aqil Siroj) sudah diketahui sebagai ahli tasawuf. Bahkan, beliau juga mengajarkan tentang tasawuf di kantor PBNU," jelas Syamsul.
Pada pengukuhan nanti, KH Said Aqil Siroj akan menyampaikan pidatonya dengan judul “Tasawuf Sebagai Revolusi Spiritual Dalam Kehidupan Masyarakat Modern”. Makalah setebal 34 halaman itu berisi tentang pentingnya tasawuf bagi umat manusia dalam kehidupan sehari-hari.
"Tasawuf memang sering mendapatkan kritikan dan tuduhan menyakitkan. Beberapa orientalis dan pemikir Muslim sendiri tidak sedikit yang menuduh tasawuf menjadi biang kemunduran peradaban Islam. Padahal, itu semua tidak benar," kata Kyai Said dalam makalahnya.
"Bila kita baca dalam sejarah, banyak para sufi yang justru memajukan peradaban Islam. Para sufi dikenal dengan keilmuannya yang ensiklopedis. Kita bisa sebutkan seperti Syekh Sahl At-Tasturi, sufi yang ahli tafsir. Syekh Ibnu Arabi, sufi yang mengedepankan tasawuf-falsafi dikenal pula sebagai ahli tafsir dan hadits. Syekh Ibnul Farid  dan Syekh Fariduddin Al-Aththar adalah dua figur sufi yang dikenal luas sebagai sastrawan. Itu menunjukkan, bahwa tasawuf punya hal penting dalam membentengi umat dari perilaku hedonisme dalam kehidupan modern," tulisnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement