REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Untuk membantu kaum muda Muslim Eropa dalam melawan radikalisme, pemerintah Austria meluncurkan hotline konseling. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Urusan Keluarga, Sophie Karmazin. Ia mengatakan, Panggilan dan email yang masuk akan diperlakukan secara rahasia.
Menurutnya, jika pada saat hotline konseling ditemukan kasus yang darurat maka penasihat harus menghubungi Kantor Perlindungan Konstitusi.
"Ini merupakan unsur baru dan sangat menentukan dalam memerangi ekstremisme," seperti dilansir Islam online (2/12). Layanan hotline ini akan mengunakan lima bahasa yakni Jerman, Turki, Inggris, Arab dan Persia.
Peluncuran hotline konseling ini menyusul serangan Jumat lalu di mana sekitar 900 polisi Austria menangkap 14 tersangka perekrut jihad dalam penggerebekan nasional di rumah dan masjid. Delapan orang ditahan dan enam masih dalam penyelidikan.
Di Wina, Islam adalah agama terbesar kedua setelah Katolik Roma. Undang-undang Austria tentang Islam yang sudah seabad akan diperbaharui, hal ini membuat kekhawatiran warga Muslim disana. Dimana Undang-undang yang baru pemerintah Austria tentang Islam akan melarang organisasi-organisasi Islam menerima bantuan dana dari luar negri.
Hal ini juga akan berdampak pada para imam di Austria. Namun, secara finansial didukung oleh Turki. Saat ini, sekitar 300 imam bekerja di negara itu termasuk 65 ulama dari Turki. Hal ini juga mendorong organisasi Muslim untuk mengajarkan pelajaran bahasa Jerman, dan menyatakan bahwa pejabat akan diberhentikan apabila ditemukan melakukan tindakan kejahatan atau menimbulkan acaman bagi keselamatan publik.