REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Sebuah rumah sakit di Tasmania tengah mengujicobakan penggunaan permainan video games interaktif untuk membantu pemulihan kelumpuhan yang dialami pasien stroke.
Manfaat dari peranti lunak atau software permainan video game interaktif untuk membantu pemulihan pasien stroke ini sudah dibuktikan oleh fisioterapis dan pasien bahkan diakui hasilnya jauh lebih baik dibandingkan dengan terapi lain dengan metode tradisional.
Anita Jupp bukan seorang penggila video game sebelum dia mengalami dua kali serangan stroke pada bulan September lalu. "Saya tidak pernah bermain video game seumur hidup saya," ujarnya baru-baru ini.
Sejak serangan stroke itu, wanita berusia 69 tahun ini sulit mengendalikan bagian sisi kiri tubuhnya. Terapisnya, Jhon Cannell berharap kondisinya bisa berubah berkat bantuan permainan video game baru yang dirancang untuk rehabilitasi pasien stroke. "Kami menggunakan terapi permainan video game khusus ini selama 2,5 minggu dan sudah terlihat perkembangan pesat seperti pasien sudah mampu lebih banyak menggunakan lengannya," kata Cannell.
Jupp mengakui perkembangan itu. "Dalam terapi ini ada permainan menangkap buah apel, pertama memainkannya saya tidak bisa menangkap buah apel itu untuk mendapatkan uang atau cinta, tapi sekarang saya bisa," kata Jupp.
Peneliti Marie-Louise Bird dari Universitas Tasmania mengatakan mereka sedang mengembangkan video game ini bersama dengan pengembang software di Kanada."Beberapa fitur dalam video game ini cukup unik yaitu game ini akan dikalibrasikan setiap hari ketika seorang pasien memainkannya, jadi ketika ia mengalami kemajuan dalam permainannya dan dapat melakukan gerakan lengan atasnya maka video game interaktif ini akan menjadi semakin menantang permainannya," jelas Marie-Louise Bird.
Rumah Sakit Umum Launceston merupakan satu dari 3 rumah sakit di dunia yang mengujicobakan peranti lunak tersebut.
Fisioterapis mengatakan respons segera dari video game interaktif ini mendorong pasien yang memainkannya menjadi lebih berkonsentrasi dan tetap menjalani rehabilitasinya. Ini penting karena terkadang pasien stroke harus menjalani program rehabilitasi yang berulang-ulang dalam peride waktu yang lama.
"Misalnya bagi pasien yang mengalami cedera otak seperti stroke jumlah pengulangan terapinya sangat tinggi, bisa mencapai 10 ribu kali pengulangan dan mereka perlu mengasah motorik mereka," kata Dr Bird.
Cannell mengatakan beberapa pasien menjadi frustasi dengan progres mereka dan kerap berhenti dan itu justru semakin memperburuk lengan mereka.
uji coba di rumah sakit ini akan berlangsung selama setahun, para peneliti berharap pasien nantinya dapat menggunakan terapi dengan video game interaktif di rumah.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement