Ahad 07 Dec 2014 13:29 WIB

Tahun Depan, Bagaimana Nasib Pariwisata Syariah Nasional?

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Wisata Syariah Indonesia (Ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Wisata Syariah Indonesia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi ekonomi nasional pada 2015 diprediksi akan relatif sulit, pariwisata syariah masih berpeluang tumbuh. Untuk menghasilkan lompatan, dibutuhkan juga dukungan promosi dari pemerintah.

Ketua Asosiasi Hotel dan Restoran Syariah Indonesia (AHSIN) Riyanto Sofyan menjelaskan selama 2014 perkembangan pariwisata dan industri halal berkembang bagus. Hotel syariah yang dibuka pun bertambah temasuk spa dan restoran yang makin memerhatikan prinsip halal.

Apa yang dicanangkan Kementerian Pariwisata pada 2012 sudah terlihat dampaknya. Terbukti dengan dimintanya Indonesia menjadi model pariwisata syariah oleh Organisasi Kerja sama Islam (OIC). ''Momentum ini harusnya bisa dipertahankan. Kondisi 2015 mungkin agak berat, tapi ruang tumbuhnya besar,'' kata Riyanto, akhir pekan lalu.

Pada 2012, dari potensi wisata global yang mencapai 137 juta dolar AS, 89 juta dolar AS berhasil diraih Cina. Indonesia hanya 1,6 juta dolar AS dan intra negara OIC baru 35 juta dolar AS.

Apa yang diperoleh Indonesia memang masih kecil sebab Indonesia masih menghadapi tantang produk dan layanan yang bersahabat dengan wisatawan Muslim. ''Jadi tidak boleh asal klaim. Standar global sudah ada, itu bisa diikuti. Indonesia tidak kalah maju soal produk halal dan hospitality,'' tutur Riyanto.

Sofyan Hospitality yang diterapkan hotel syariah, Hotel Sofyan, diadaptasi menjadi standar hospotality bagi negara OIC. Hal itu jadi kehormatan bagi Indonesia sekaligus momen yang harus dipertahankan.

Tahun lalu, pertumbuhan wisata syariah dibandingkan wisata biasa lebih tinggi, 3,6 persen dibanding 3,2 persen. Dibutuhkan upaya promosi yang lebih gencar agar wisata syariah bisa tumbuh lebih pesat. Ia menyebut dana promosi wisata Malaysia untuk 2015 mencapai Rp 2 triliun sementara Indonesia hanya Rp 90 miliar.

Dengan target 20 juta wisatawan asing pada 2019, Indonesia harus punya anggaran yang cukup untuk promosi pariwisata, termasuk pariwisata syariah. Sehingga yang ditargetkan tidak hanya wisatawan dari Singapura, Malaysia, Cina dan Australia, tapi juga dari Timur Tengah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement