REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski kembali terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar periode 2014-2019, namun Aburizal Bakrie secara politik dinilai telah kalah. Sebab sepanjang sejarah, baru kali ini terjadi konflik sengit di internal Golkar yang mendapat perhatian publik.
"Aburizal Bakrie menang secara legal tapi kalah secara politik. Karena baru pertama kali Golkar memperlihatkan konflik dipanggung depan,"ujar pengamat politik Yunarto Wijaya pada Republika, (7/12).
Yunarto mengatakan, hal ini terbilang sangat serius dibandingkan konflik-konflik sebelumnya yang terjadi pada tahun 2004 dan 2009 lalu. Sebab kisruh internal sebelumnya hanya terjadi dibelakang panggung, sementara kali ini konflik itu jelas terlihat di masyarakat.
Ia juga menilai, konflik internal yang terjadi dapat merusak image partai berlambang pohon beringin tersebut. Sehingga, sangat mungkin jika suara Golkar akan banyak berkurang pada pemilu 2019 mendatang.
"Image partai golkar dihadapan publik rusak, karena mereka terpecah belah dihadapan publik. Suara pasti akan terpecah,"jelas Yunarto.
Seperti diketahui sebelumnya, konflik internal di Partai Golkar terjadi saat DPP Partai Golkar mempercepat pelaksanaan Munas menjadi 30 November lalu di Bali. Hal itu memicu munculnya Presidium Penyelamat Golkar yang dimotori Agung Laksono, yang menentang Munas.
DPP Partai Golkar kemudian memecat kader-kadernya yang ikut dalam Presidium Penyelamat Golkar. Sebagai balasan pada Sabtu kemarin, kubu Agung Laksono menggelar Munas tandingan di Ancol, Jakarta.