REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- PT Pertamina Gas (Pertagas) dan PT Indonesia Power melalui anak usahanya, PT Perta Daya Gas yang menangani bisnis pengangkutan, penyimpanan, dan regasifikasi liquid natural gas (LNG) akan membangun Terminal LNG di Benoa, Denpasar awal tahun depan. Nilai investasi yang juga menggandeng PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III mencapai Rp 4 Triliun.
"Pertamina berkepentingan membantu program pemerintah menyuplai kebutuhan gas di Bali, terutama pembangkit listrik milik Indonesia Power tahun depan," kata Direktur Utama Pertagas, Hendra Jaya dijumpai Republika di Denpasar, Senin (15/12).
Total kebutuhan gas untuk Indonesia Power mencapai 35-50 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau setara 200 mega watt (MW). Saat ini, anak perusahaan PT PLN itu masih menggunakan bahan bakar minyak (bbm) yang mahal dan berpolusi tinggi. Penggunaan BBM, kata Hendra, tentu kurang cocok jika diteruskan di area pariwisata seperti Benoa.
Di samping untuk Indonesia Power, keberadaan terminal LNG ini bisa juga memasok kebutuhan listrik untuk resort dan hotel di area Denpasar. Sifat LNG yang dingin -160'C bisa dimanfaatkan untuk cold storage oleh industri perikanan di sekitar lokasi.
Representative Officer Pembangunan LNG Kawasan Indonesia Timur Cabang Bali, I Cening Widhiana mengatakan sementara ini Perta Daya Gas akan menggunakan fasilitas terminal penerima dan regasifikasi terapung (FSRU) selama delapan bulan mulai awal tahun depan. Hal ini mengingat proses penyiapan lahan yang membutuhkan waktu.
"Kami akan menggunakan kapal bekas Terminal Bontang dengan kapasitas 20 ribu metrik ton (MT) yang sebelumnya biasa mengangkut gas LNG dari Bontang ke Jepang," kata Widhiana dijumpai terpisah.
Kapal tersebut diperkirakan akan datang April 2015. LNG yang dibawa dari Bontang itu, kata Widhiana, akan diproses lebih lanjut di kapal, kemudian diregasifikasi di Denpasar. Gas akan disuplai ke pusat listrik di Pesanggaran secara bertahap sebesar 200 MW.