Selasa 16 Dec 2014 01:53 WIB

Aksi Mogok Kerja Lumpuhkan Belgia

Rep: c14/ Red: Erdy Nasrul
Istana kerajaan Belgia mengibarkan bendera setengah tiang sebagai wujud belasungkawa atas kematian Ratu Belgia, Fabiola.
Foto: Reuters
Istana kerajaan Belgia mengibarkan bendera setengah tiang sebagai wujud belasungkawa atas kematian Ratu Belgia, Fabiola.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Aksi mogok nasional terjadi di sejumlah titik di Belgia. Aksi tersebut membuat operasional armada transportasi umum sama sekali berhenti. Baik maskapai udara, kereta api, maupun kendaraan roda empat, semuanya terpaksa tutup. Demikian dilansir BBC.

Ratusan penerbangan yang sudah dijadwal dari atau menuju Belgia harus dibatalkan. Misalnya, maskapai Eurostar. Ini membuat kesal sejumlah calon penumpang. Aksi mogok nasional ini dipicu oleh protes terhadap kebijakan baru pemerintah Belgia tentang penghematan nasional. Koalisi sayap kanan mayoritas menjadi pendukung kebijakan tersebut. Dengan itu, pemerintah hendak menghemat anggaran hingga 11 miliar euro untuk lima tahun ke depan.

Aksi mogok itu berlangsung selama 24 jam penuh sehingga menjadikannya aksi terhebat dibanding tahun-tahun belakangan ini. Lantaran itu, kantor-kantor pemerintahan Belgia dan sekolah-sekolah terpaksa berhenti beroperasi. Pelabuhan-pelabuhan juga tutup. Kegiatan publik di Belgia lumpuh.

Serikat buruh Belgia menolak keputusan penghematan anggaran negara oleh Perdana Menteri Belgia, Charles Michel. Di samping itu, mereka menuntut kenaikan gaji untuk tahun 2015. Adapun, konstitusi Belgia mengatur, kenaikan gaji disejajarkan dengan kenaikan tingkat inflasi. Protes buruh juga ditujukan kepada pemerintah, terkait berkurangnya dana untuk fasilitas publik serta penetapan usia pensiun.

Charles Michel dilantik sebagai perdana menteri Belgia pada Oktober 2014. Pemimpin yang juga penutur bahasa Perancis itu berasal dari Partai Liberal dan merupakan perdana menteri termuda di Belgia sejak tahun 1841. Untuk diketahui, Belgia menggunakan tiga bahasa resmi sekaligus: Perancis, Jerman, dan Belanda. Perbedaan bahasa kerap dihubungkan dengan kecenderungan politik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement