REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Baju boleh sama merah, tapi nasib siapa yang jamin sama. Ungkapan itu mengiringi analisa di luar nalar usai hasil fantastis yang dibuat Manchester United saat membantai Liverpool dengan skor telak 3-0, Ahad (14/12) malam WIB.
Takdir hadir begitu unik. Faktanya, sudah hampir tujuh tahun MU dan Liverpool selalu saja punya nasib yang berbeda dalam perjalanannya.
Kemenangan MU 3-0 di Old Trafford, selain memantapkan posisi ketiga klasemen sementara, menegaskan MU untuk membuka peluang membidik kemenangan ketujuh beruntunnya sepanjang musim ini. Berbeda dengan Liverpool, kekalahan tadi malam justru menjadi kado Steven Gerrard sebagai kekalahan ketujuhnya sepanjang musim ini.
Sudah enam tahun duel duo merah tidak berada pada gairah kontestasi yang sama. Sederhananya, di saat Liverpool tengah dalam kebangkitan, justru MU sedang terpuruk. Begitu juga sebaliknya.
Terakhir nasib mereka sama adalah di musim kompetisi musim 2008-2009, saat MU menjuarai kompetisi, Liverpool sukses menjadi runner up yang mengantarkannya sama-sama menuju kompetisi Liga Champions.
Musim ini, menilik pada papan klasemen sejauh 16 pekan, MU menghuni peringkat ketiga klasemen, sementara Liverpool tengah meringis di peringkat ke-10. Namun jika mengamati hasil pada musim lalu (2013-2014), di saat Liverpool berada di papan atas dengan menghuni posisi runner up, the Red Devils justru tengah terjun bebas hingga terdampar di posisi ke-7 klasemen akhir.
Begitu juga kebalikan nasib terjadi di musim 2012-2013, di saat MU sukses menjuarai kompetisi, giliran Liverpool yang berada di posisi ketujuh. Musim 2011-2012 saat MU runner up, Liverpool malah di peringkat ke-8. Keanehan tapi kenyataan ini terus berlangsung hingga terakhir terjadi pada musim 2008-2009.
Belum ada analis sepak bola internasional yang membuktikan bahwa fenomena ini terjadi lantaran ulah mafia sepak bola. Hanya saja, raihan MU dalam kemenangan tadi malam, memang sejauh ini murni karena kerja keras. Kredit layak diberikan kepada penjaga gawang MU, David De Gea, yang sukses menjaga gawang MU tetap perawan pada laga kemarin malam.
Berdasarkan statistik laga, Liverpool sejatinya mampu memproduksi 9 tendangan ke gawang. Beruntung De Gea dalam performa ciamik mampu mementahkan delapan di antaranya.
Pelatih Liverpool, Brendan Rodgers, pun tak sungkan menyebut De Gea lah aktor dari kemenangan MU. "Kami telah banyak menciptakan peluang, tapi David De Gea menjadi bintang di laga ini. Ia luar biasa," ujar Rodgers kepada BBC.
Pujian demi pujian nyatanya tak membuat De Gea mangkak. Kiper berpostur jangkung itu menilai terpenting bagi timnya adalah konsistensi. Menurutnya, masih banyak tantangan ke depan untuk meraih mimpi merebut gelar Liga Primer.
"Pastikan langkah demi langkah ini berjalan baik, saatnya mengejar urutan teratas," ujar De Gea. Pada laga kemarin malam, tiga gol MU ditorehkan atas nama sang kapten Wayne Rooney pada menit ke-12 dan dua gol lainnya berturut-turut dari Robin van Persie dan Juan Mata pada menit ke-40 dan 70.
Pelatih MU, Louis Van Gaal, mengaku puas dengan kemenangan tersebut. Namun demikian, performa anak-anak asuhnya bukan tanpa koreksi. Menurutnya, pada jalannya babak kedua, para pemain banyak membuang peluang dengan mendominasi laga dengan operan bola-bola jauh. Menurutnya, MU semestinya mampu menang lebih banyak.
"Kami lewati laga dengan mudah, tapi juga banyak hal yang harus tetap diperhatikan," ujarnya dilansir laman resmi.