Selasa 16 Dec 2014 13:08 WIB

Bambang Soesatyo: Keputusan Menkumham Telah Melawan UU

Rep: c13/ Red: Bilal Ramadhan
Bambang Soesatyo
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Bambang Soesatyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Bendahara Umum Partai Golkar Versi Ical kurang menyetujui hasil keputusan Menkumham terkait permohonan perubahan kepengurusan Golkar. Menurutnya, tindakan Menkumham dalam mengembalikan konflik ke Mahkamah internal Partai Golkar itu telah melawan UU.

"Keputusan Menkumham telah melawan UU," ujar Bambang Soesatyo melalui pesan singkatnya kepada Republika Online (ROL) pada Selasa (16/12).

Menurutnya, Menkumham jelas telah melawan UU, apalagi dengan dalih hukum yang sangat lemah. Bambang mengaku, pihak Golkar versi Ical sangat menyesalkan hasil keputusan Menkumham tersebut.

Bambang menjelaskan, sebelumnya pihak Ical berharap Kemekumham bisa berpikir jernih melihat permasalahan Golkar. Pihak Ical juga berharap Menkumham bisa memahami dengan baik persoalan yang sebenarnya.

Dengan kejernihan dan mengambil posisi independen, kata Bambang, seharusnya Menkumham tidak merespon dokumen Munas Ancol. Menurutnya, Menkumham tidak perlu menanggapi segala hal termasuk dokumen yang telah diserahkan kelomponk Agung Laksono terkait hasil Munas ancol.

Bambang mengungkapkan, hasil Munas Ancol sangat bertentangan dengan AD/ART. Untuk itu, lanjutnya, Menkumham seharusnya tidak menanggapi permohonan kubu Agung Laksono. Bambang mengaku sangat kecewa dengan keputusan Menkumham yang menunda pengambilan keputusan.

Menurut Bambang, keputusannya bertentangan dengan waktu yang diberikan berdasarkan UU Nomor 2/2011. Bambang mengatakan, Menkumham telah bertentangan dengan UU, yakni dalam tujuh hari dengan seolah-olah bertindak bijaksana mengembalikan kepada internal partai Golkar.

Sebelumnya, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan Kemenkumham belum dapat menindaklanjuti permohonan perubahan kepengurusan di Partai Golkar. Yasonna menyebut pihaknya akan mengembalikan dua laporan dari kubu DPP hasil Munas Jakarta maupun DPP Munas Bali agar keduabelah pihak meyelesaikan dulu konflik internal yang masih ada. Keputusan ini dikatakan Yassona di Kantor Kemekumham, pada Selasa (16/12).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement