REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Politikus Partai Golkar Indra J Piliang menyatakan bahwa kubu Aburizal Bakrie bisa mengkritisi syarat islah dari kubu Agung Laksono. Indra pun menyatakan secara pribadi lebih mendorong islah sebagai penyelesaian konflik dualisme kepemimpinan Partai Golkar.
"Lima syarat utama utk #Islah sdh disampaikan oleh Kubu Ancol. Kalau memang berat, silakan dikritisi dan diajukan jg syarat2 Kubu Bali," terang Indra melalui akun Twitter pribadinya @IndraJPiliang, Jumat (19/12).
Indra pribadi menyatakan lebih memilih islah sebagai penyelesaian konflik Golkar. Meski begitu, Indra tetap akan mengikuti keputusan-keputusan resmi yang sudah disahkan, karena itu merupakan konsekuensi organisasi.
Indra juga menghimbau agar kedua kubu, baik kubu Agung maupun kubu Ical, bisa sama-sama menyadari bahwa jalur hukum bukanlah solusi yang baik bagi Golkar. Pasalnya, jalur hukum merupakan jalur yang berliku.
Indra menjelaskan, untuk penggugatan 1 pasal saja membutuhkan waktu selama 3 bulan. Jika ada 10 subjek yang disidangkan secara terpisah di PTUN ataupun di PN, akan memakan waktu. Hal ini menyebabkan agenda-agenda partai akan tertunda dalam waktu yang cukup lama.
Selain itu, indra juga berharap agar dalam menjalankan islah kedua kubu dapat menjalani dengan adil. Masing-masing pihak diharapkan dapat menciptakan ruang diskusi yang disepakati bersama. Indra menghimbau agar para juru runding dapat menentukan putusan-putusan yang disepakati bersama, ibarat tradisi bakar batu di Papua.
"Utk #Islah, Golkar bisa belajar pada suku2 di Papua. Mslnya: menentukan kpn perangnya, dimana tmptnya, jam berapa selesai, brp denda." jelas Indra.