REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA – Tidak kurang 630 warga Palestina pergi meninggalkan Gaza menuju Mesir melalui perbatasan Rafah pada Ahad (21/12). Itu setelah pemerintah Mesir menyetujui dibukanya perbatasan untuk para warga Palestina. Demikian seperti dilansir Alarabiya.
Selama Desember ini, sudah dua kali pemerintah Mesir membuka perbatasannya untuk Palestina di Rafah. Pemerintah Mesir memberi jangka waktu dua hari, yakni 21-22 Desember 2014. “Mayoritas warga Palestina ke Mesir untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selebihnya, ingin mengurus izin tinggal,” demikian kata Direktur Lintas Perbatasan, Maher Abu Sabha, di Jalur Gaza, Ahad (21/12).
Abu Sabha juga menerangkan, sejak siang hari (21/12) waktu setempat, sebanyak tiga bus membawa tidak kurang dari 200 orang Palestina yang akan ke Mesir melalui Rafah. Diketahui, tidak sedikit pula yang masuk ke Mesir tanpa memiliki visa. Rafah merupakan satu-satunya akses perbatasan Jalur Gaza yang tidak dikuasai Israel. Sejak 25 Oktober 2014, pemerintah Mesir menutup perbatasannya untuk Gaza. Itu dilakukan sehari setelah serangan bom bunuh diri yang membunuh 30 orang di utara Sinai, Mesir.
Penutupan perbatasan itu telah mengakibatkan ribuan warga Gaza menderita. Kebanyakan mereka menjadi tidak mendapatkan akses perawatan medis, lantaran infrastruktur kesehatan di Gaza memang jauh lebih buruk dibandingkan di Mesir. Demikian pula dengan akses pendidikan. Selain itu, penutupan perbatasan membuat sekira 3.500 orang Palestina di Mesir tidak bisa kembali.