REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah penduduk miskin pada tahun 2015 diprediksikan mencapai 30,25 juta orang atau sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini mengatakan kenaikan jumlah penduduk miskin ini dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk kenaikan harga BBM, inflasi, dan pelemahan dolar.
Pada tahun 2014, berdasarkan data BPS jumlah penduduk miskin mencapai 28,28 juta jiwa atau mencapai 11,25 persen dari jumlah penduduk. Dia mengatakan meskipun secara presentase jumlah penduduk miskin cederung menurun, namun secara ril jumlah penduduk miskin terus bertambah. Hal ini terlihat setidaknya sejak tahun 2013. Pada tahun 2013, penduduk miskin 11,37 persen dengan jumlah mencapai 28,07 juta jiwa.
"Secara presentase menurun tapi angka mutlak susah turun," ujar Ahmad, dalam paparan Indonesia Proverty Outlook 2015.
Sementara itu, menurut Ahmad, ketimpangan antara penduduk miskin dan penduduk kaya juga semakin terlihat jelas. Koefisien ini pada akhir tahun 2014 diperkirakan mencapai 0,42. Dia menjelaskan dari sisi pendapatan, masyarakat Indonesia terbagi atas tiga kelas.
Kelas atas sebesar 20 persen, kelas menengah sebesar 40 persen dan kelas paling bawah mencapai 40. Pada 2005, kelas terbawah menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi sebesar 21 persen, namun pada 2014 menurun menjadi 16,9 persen. Sementara untuk kelas atas, pada 2005 menerima 40 persen dan meningkat menjadi 49 persen dari PDB pada 2014.
Hal ini kian menunjukan tanda-tanda bahaya. Menurut dia, jika tidak ada percepatan dalam penegntasan kemiskinan dan pemerataan, bukan tidak mungkin dalam kurun waktu 10 tahun koefisien ini bisa mencapai 0,6 persen. Dia mengatakan, kondisi ini akan sangat berbahaya lantaran bisa menimbulkan revolusi sosial.
Menurutnya, pemerintah dan masyarakat bisa saling berperan dalam membantu mengurangi angka kemiskinan. Kuncinya, penduduk paling miskin harus memiliki akses untuk memiliki pekerjaan.