REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengakui masih banyak barang yang tidak tepat guna namun masih dibeli. Tradisi itu masih banyak dilakukan oleh oknum PNS di Pemprov DKI Jakarta.
"Kursi, meja tidak penting dibeli, yang lama ditaro di luar," kata dia saat menyampaikan amanatnya kepada seluruh kepala sekolah negeri di seluruh DKI, pada apel deklarasi di Monas, Selasa (29/12).
Ia mengatakan, setelah menempatkan Lasro Marbun sebagai kepala dinas pendidikan, banyak anggaran untuk membeli barang tidak penting yang dipangkas. Sehingga uang sekitar Rp 3,3 triliun berhasil diselamatkan di dinas pendidikan.
"Itu uang di dinas pendidikan saja bukan miliaran tapi triliunan. Saya tahu siapa pemain," katanya.
Untuk itu, kata Ahok, dengan evaluasi besar-besaran, pemprov bisa memberikan kesempatan kepada semua PNS yang berprestasi. Mereka yang memiliki integritas tinggi pun diberikan posisi strategis. "Mereka kasih kesempatan untuk naik dan diberikan posisi," katanya.
Ahok berseloroh, jika menggunakan teori kadang-kadang, mantan maling pun bagus untuk diberikan posisi strategis untuk membereskan suatu persoalan. "Karena dia lebih tahu mana yang mau dicolong," katanya.
Tapi jangan salah, kata Ahok, saat ini DKI sedang menggunakan sistem permainan ular tangga. Jadi para pejabat tinggi bisa saja diturunkan jadi staf biasa jika tidak bisa bekerja.
"Misalnya bapak ibu sudah eselon tiga naik ke dua bisa tidak aman, merosot turun ke staf tidak punya jabatan," katanya.