REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah kicauan dari perwakilan Alqaidah, Rabu kemarin, menyatakan, kelompok tersebut mengklaim tak bertanggung jawab atas serangan di Charlie Hebdo. Namun mereka menyebut hal tersebut menginspirasi mereka.
Dalam laman akun jejaring sosial Twitter, kelompok Alqaidah mengaku tak bertanggung jawab atas insiden penembakan di kantor media Charlie Hebdo. Namun mereka menyatakan, apa yang dilakukan para tersangka di kantor media satir tersebut menginspirasi mereka.
Sementara itu seorang pejabat polisi dengan syarat anonim mengatakan, para tersangka terkait jaringan teroris Yaman. Salah seorang saksi Cedric Le Bechec, yang sempat berhadapan dengan tersangka, mengutip para penyerang mengatakan" "Anda dapat memberitahu media bahwa itu Alqaidah Yaman."
Dalam pidatonya pada Rabu malam, Presiden Prancis Frnacois Hollande berjanji memburu para pembunuh. Ia memohon rekan-rekannya untuk bersama-sama menghadapi hal ini.
"Mari kita bersatu dan kita akan menang. Vive la France!" kata Hollande.
Ribuan orang kemudian memadati Republique Square, dekat lokasi penembakan, untuk menghormati para korban. Mereka melambaikan pena dan kertas bertuliskan "Je suis Charlie-Saya Charlie". Demonstrasi serupa dilakukan di Trafalgar Square London, Madrid, Barcelona, Berlin dan Brussels.
"Ini adalah hari paling gelap dalam sejarah pers Prancis," kata Cristophe DeLoire dari kelompok Reporter Tanpa Batas.
Baik Alqaidah maupun kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah berulang kali mengancam akan menyerang Prancis. Prancis selama ini turut dalam serangan udara pimpinan AS di Irak dan memerangi militan di Afrika. Charb secara khusus telah menghadapi ancaman, setelah mengeluarkan edisi 2013 mengenai Alqaidah.
Sedangkan salah satu tersangka Cherif Kouachi pernah dijatuhi hukuman 18 bulan penjara setelah dinyatakan bersalah, atas tuduhan terorisme pada 2008. Saat itu, Cherif mengatakan sangat marah dengan penyiksaan tahanan Irak di AS dan percaya akan gagasan untuk melawan koalisi pimpinan AS di Irak.