Jumat 09 Jan 2015 18:45 WIB

Penyerangan Charlie Hebdo Tingkatkan Islamofobia di Prancis

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agung Sasongko
 Aparat keamanan Prancis menggelar operasi penangkapan tersangka penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo, di pinggiran kota Paris, Jumat (9/1).
Foto: AP/Michel Spingler
Aparat keamanan Prancis menggelar operasi penangkapan tersangka penyerangan kantor majalah Charlie Hebdo, di pinggiran kota Paris, Jumat (9/1).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Serangan pada majalah satir Prancis Charlie Hebdo meningkatkan antipati terhadap Islam. Usai penembakan yang menewaskan 12 orang tersebut, sejumlah gerakan anti Islam kembali menyeruak.

Hal ini juga memicu gerakan antiimigrasi di seluruh Eropa. Imigrasi dinilai sebagai pelecut perang kebudayaan yang mempengaruhi kepercayaan dan etnis masyarakat Eropa.

Reaksi pertama, Rabu kemarin, usai serangan adalah munculnya dukungan untuk persatuan nasional dan kebebasan berbicara. Prancis adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di Eropa. Hal ini sering menjadi perdebatan terkait identitas nasional dan peranan Islam dalam negara.

''Serangan ini meningkatkan Islamofobia di Prancis,'' kata ahli politik sains dan spesialis timur tengah di Universitas Institut Eropa di Florence, Olivier Roy. Sebuah buku karya jurnalis Eric Zemmour berjudul ''Le Suicide Francais'' berargumen imigrasi Muslim adalah faktor penghapus nilai-nilai sekuler di Prancis.

Buku lain karya penulis Michel Houellebecq bahkan menggambarkan Presiden Muslim akan menang di 2022 saking tingginya pengaruh yang ditimbulkan imigran Muslim. Front Nasional yang merupakan sayap kanan menyeru referendum untuk mengembalikan kembali hukuman mati di Prancis.

Pemimpin partai, Marine Le Pen yang diperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden mengatakan fundamental Islam telah mendeklarasikan perang di Prancis. Ayahnya yang mendirikan partai Front Nasional Jean Marie Le Pen dan wakilnya Florian Philippot lebih blak-blakan.

''Siapa pun yang mengatakan Islam radikal tidak ada hubungannya dengan imigrasi, mereka hidup di planet lain,'' kata Philippot pada radio RTL. Marine telah menyerang secara jelas simbol Islam di kehidupan Prancis seperti larangan Muslim beribadah di jalan, makanan halal di sekolah dan wanita berhijab.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement