Ahad 18 Jan 2015 07:53 WIB

Sekolah 'SKTM' Ini Wajibkan Pelajaran Baca Tulis Alquran

Rep: Joko Suceno/ Red: Agung Sasongko
  Peserta khataman Alquran dari komunitas ODOJ (One Day One Juz) di Masjid Agung At-Tin, Jakarta, Rabu (31/12). (Republika/Adjie Sambogo)
Peserta khataman Alquran dari komunitas ODOJ (One Day One Juz) di Masjid Agung At-Tin, Jakarta, Rabu (31/12). (Republika/Adjie Sambogo)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Awalnya Yayasan Pendidikan Islam H Dull diproyeksikan untuk kegiatan pesantren. Namun dalam perkembangannya, pengelola yayasan akhirnya memutuskan untuk menyelenggarakan pendidikan formal mulai tahun 1982.

Meski menyelenggarakan pendidikan formal, mulai SMP, SMA, dan SMK, dengan nama Al Hadi, lembaga pendidikan yang berlokasi di Jl AH Nasution No 25, Kelurahan Cikadut, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung ini tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman.

‘’Nilai-nilai kesilaman tersebut menjadi dasar kami dalam menyelenggarakan pendidikan ini,’’kata Kepala Sekolah SMA Al Hadi, Nurul Yakin kepada ROL, Ahad (18/1).

Nilai keislaman yang terus dipertahankan sekolah ini, kata Nurul, yaitu baca tulis Alquran yang menjadi pelajaran wajib bagi seluruh siswa. Pelajaran baca tulis Alquran ini, kata dia, dilaksanakan dua jam dalam seminggu. Selain itu, kata dia, ada kegiatan kajian Islam yang diselenggarakan setiap Sabtu.

Kegiatan ini, imbuh dia, mendatangkan pembicara dari kalangan aktivias kampus, masjid, serta aktivis organisasi kepemudaan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai bada dzuhur hingga menjelang ashar. ‘’Para mentoring ini dengan sukarela membimbing siswa kami tanpa meminta bayaran,’’ujar dia.

Sejak awal berdiri hingga saat ini, kata Nurul, SMP, SMA, dan SMK Al Hadi yang berdiri di atas lahan seluas 4.300 meter persegi ini setia melayani siswa yang mengantongi ‘’SKTM’’. Hampir 100 persen siswa di sekolah ini, mulai dari SMP hingga SMA, tak dikenakan biaya pendidikan atau SPP. Yang ada hanya uang partisipasi yang besarannya tidak ditentukan. 

Dari sekitar 400 siswa SMP dan SMA, kata dia,  yang rutin memberikan dana partisipasi tak lebih dari 20 persennya‘’Namanya juga dana partisipasi, besarannya tidak ditentukan. Seiklasnya siswa. Ada yang hanya memberi dana partisipasi Rp 25 ribu per bulan,’’ujar dia yang mengajar di sekolah ini sejak tahun 1996.

Kebutuhan dasar seluruh siswa di sekolah ini, kata Nurul, ditanggulangi oleh Pemkot Bandung. Tak seperti sekolah lainnya, kata dia, sekolah yang dirintis oleh seorang ulama di Kota Bandung ini mendapatkan bantuan biaya operasional sekolah (BOS) hingga 100 persen. Ia mengatakan, ada sebanyak 52 sekolah (SMA) di Kota Bandung yang mendapat dana bantuan BOS.

Namun tak semua sekolah mendapatkan bantuan 100 persen. ‘’Sekolah kami mendapatkan bantuan hingga 100 persen. Ini sangat membantu kami dalam mempertahankan kegiatan belajar mengajar,’’tutur alumnus Universitas Islam negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Kota Bandung.

Dikatakan Nurul, hampir seluruh siswa yang bersekolah di tempat ini berasal dari kalangan tidak mampu. Mereka sebagian besar tinggal di Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung. Dengan kondisi ekonomi orangtua siswa seperti itu, imbuh dia, pihak sekolah tak menuntut banyak dari para siswa.

Bahkan sering kali sekolah harus nombok untuk kegiatan belajar mengajar. Bagaimana tidak, kata dia, dari 25 guru yang ada di SMP dan SMA, hanya empat orang saja yang berstatus sebagai PNS atau guru tetap. Sedangkan sisanya merupakan guru honorer.

‘’Salah satu pengeluaran rutin kami adalah untuk memberikan honor para guru.  Honor ini berasal dari uang partisipasi siswa yang besaran nya tak ditentukan,’’kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement