REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN--Selisih waktu hingga dua hari antara pengumuman dan pemberlakuan harga baru bahan bakar minyak (BBM) mengakibatkan stasiun pengisian bahan bakar umum mengalami kerugian karena adanya penurunan penjualan.
"Selisih waktu pengumuman dan pemberlakuan penurunan harga BBM ini jelas mengakibatkan omzet penjualan menurun drastis pascapengumuman harga baru," kata pengawas di SPBU Jalan Solo, Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY Suhardi, Senin (19/1).
Menurut dia, penurunan omzet penjualan BBM sebelum pemberlakukan harga baru BBM tersebut rata-rata per hari mencapai 30 persen.
"Penurunan tersebut terjadi karena pengumuman harga baru tidak langsung diikuti dengan pemberlakuan dan ada selisih beberapa hari, sehingga konsumen memilih untuk menunggu atau mengurangi pembelian BBM sambil menunggu harga baru diberlakukan," katanya.
Ia mengatakan, rata-rata penjualan BBM menjelang pemberlakuan harga baru sekitar empat ton untuk jenis premium.
"Biasanya dalam sehari omzet penjualan BBM jenis premium mampu antara 20 ton hingga 22 ton, namun setelah pengumuman turun hingga sekitar tujuh ton," katanya.
Suhardi mengatakan, di sisi lain beralihnya masyarakat pengguna premium ke jenis Pertamax dirasakan tidak terlalu signifikan.
"Karena selisih harga antara premium dan pertamax masih cukup tinggi yakni sebesar Rp1.200 per liter," katanya.
Ia mengatakan, untuk menyikapi dua kali penurunan harga BBM di awal tahun ini, pihaknya kini akan mengurangi stok BBM.
"Dimungkinkan penurunan omzet penjualan BBM karena masyarakat menahan untuk membeli BBM sambil menunggu harga yang lebih murah, selain juga karena faktor cuaca dimana saat ini sering turun hujan deras sehingga masyarakat enggan bepergian," katanya.
Pemerintah telah mengumumkan penurunan harga BBM premium turun Rp1.000 dari sebelumnya Rp7.600 menjadi Rp 6.600 per liter. Sementara untuk BBM jenis solar turun Rp 850 dari sebelumnya Rp7.200 per liter menjadi Rp 6.400 per liter.