Selasa 20 Jan 2015 17:17 WIB

Indonesia Kaya Pewarna Alami

Pekerja menyelesaikan proses pewarnaan batik dengan bahan warna alami
Foto: Antara
Pekerja menyelesaikan proses pewarnaan batik dengan bahan warna alami

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Program Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) Teguh Triono mengatakan Indonesia kaya akan pewarna alami yang lebih ramah lingkungan.

"Kita punya keanekaragaman hayati yang melimpah, tapi masih belum banyak dimanfaatkan," katanya di Jakarta, Selasa (20/1).

Ia mengemukakan bahwa selama ini industri konveksi masih menggunakan pewarna kimia yang menghasilkan limbah dan merusak lingkungan. Tapi pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan sudah mulai dimanfaatkan terutama untuk mewarnai batik, kata dia.

Teguh mencontohkan, pewarna alami bisa didapat dari kayu dan daun rambutan yang menghasilkan beberapa gradasi warna menarik. Begitu juga dengan pohon mangga, jengkol, alpukat dan mengkudu yang bisa dimanfaatkan kulit batang dan daunnya.

Selain ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia dan tidak menimbulkan limbah, pewarna alami juga melestarikan lingkungan karena memanfaatkan limbah seperti kulit kayu dan daun yang sudah rontok.

Seperti yang dilakukan Sancaya Rini di Tangerang Selatan yang menggunakan pewarna alam sebagai sumber warna utama dari batik-batik yang dibuat di workshop membatik yang dikelolanya Creative Kanawida.

Batik dengan warna alam semakin menarik perhatian setelah Sancaya Rini mendapat Kehati Award pada 2009. Selain memanfaatkan keanekaragaman hayati, usahanya juga turut memberdayakan masyarakat sekitar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement