Jumat 23 Jan 2015 15:13 WIB
Penangkapan Bambang Widjojanto

Jokowi Jadi Sorotan Utama Kisruh Polri dan KPK

Rep: C15/ Red: Ilham
Relawan Forbes Jokowi mengunakan topeng saat aksi damai di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (15/10). Mereka menyambut pelantikan presiden terpilih pada Senin (20/10).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Relawan Forbes Jokowi mengunakan topeng saat aksi damai di Bundaran HI, Jakarta, Rabu (15/10). Mereka menyambut pelantikan presiden terpilih pada Senin (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hukum Politik Univeristas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Noorhaidi Hasan mengatakan, saling serang antara Polri dan KPK sangat berbahaya bagi stabilitas negara. Sebab, kasus ini memposisikan presiden Joko Widodo sebagai sorot utama.

"Langkah yang presiden ambil bisa mencerminkan bagaimana keberpihakan presiden," kata Noorhaidi, Jumat (23/1).

Menurut dia, selama ini Jokowi memberikan harapan baru bagi Indonesia dengan kebijakannya. Namun, kemunculan kasus ini dapat membuat kepercayaan masyarakat terhadap Jokowi menurun.

Solusinya, kata Noorhaidi, presiden harus segera mengadakan pertemuan antar KPK, Polri, dan pihak terkait untuk segera menyelesaikan perang dingin ini. Dalam penyelesaian kasus ini, presiden harus mendengarkan suara rakyat.

"Bukan malah turut terombang ambing dalam bola panas politik." 

Perang dingin antara KPK dan Polri ini dimulai sejak penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus rekening gendut. Kemudian, menyusul kasus dugaan Abraham samad yang sempat berpolitik, kemudian kasus penangkapan Bambang Widjajanto oleh Bareskrim tadi pagi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement