REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Cirebon terus meningkat dari tahun ke tahun. Warga pun diimbau untuk menerapkan pola hidup bersih untuk mengatasi kondisi tersebut.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Selasa (27/1), kasus DBD sepanjang 2014 tercatat ada 846 kasus. Jumlah itu meningkat dibandingkan 2013 yang mencapai 821 kasus.
Dari jumlah kasus tersebut, jumlah korban yang meninggal akibat DBD juga mengalami peningkatan. Pada 2014, jumlah korban meninggal dunia akibat DBD mencapai 26 orang. Sedangkan sepanjang 2013, jumlah korban meninggal mencapai 19 orang.
Sedangkan pada Januari 2015, jumlah kasus DBD sebanyak 15 kasus. Dari jumlah tersebut, satu orang penderita meninggal dunia. Korban tercatat masih berusia kanak-kanak dan berasal dari Kecamatan Kedawung.
"Penderita DBD di Kabupaten Cirebon selama ini kebanyakan anak-anak,’’ terang Kasi Pemberantasan Penyakit (P2) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Budiyono.
Budiyono menambahkan, penanganan DBD terhadap para korban anak-anak pun cenderung terlambat. Pasalnya, kebanyakan orang tua hanya beranggapan anak mereka terkena demam biasa.
Budi menjelaskan, saat terjadi kasus DBD di suatu daerah, maka pihaknya akan melakukan investigasi di lapangan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memastikan penyakit itu berasal dari daerah mereka atau berasal dari gigitan nyamuk ketika mereka berada di daerah lain.
Setelah itu, akan dilihat angka bebas jentiknya (abj). Jika abj mencapai 95 persen namun hanya ada satu kasus, maka akan dipakai abate atau larvasida. Namun jika kasusnya lebih dari satu, maka akan dilakukan fogging. "Tapi fogging hanya bisa membunuh nyamuk dewasa,’’ kata Budiyono.
Menurut Budiyono, untuk memberantas DBD, maka masyarakat harus melaksanakan gerakan 3M plus. Yakni mengubur, menutup, dan menguras tempat penampungan air, serta menaburkan bubuk abate.