REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Seorang pejabat senior Hamas, Ismail Radwan, Kamis (29/1), menuntut agar pelabuhan di Gaza sepenuhnya dibuka. Radwan memperingatkan sebuah "ledakan besar" jika pengepungan Israel dan penutupan Rafah, Mesir terus berlanjut.
Seperti dilansir Maan News, Jumat (30/1), Israel harus bertanggung jawab atas konsekuensi dari blokade delapan tahun dan menyebut pengepungan di Gaza sebagai "kejahatan perang." Radwan menyerukan kepada dunia internasional mengirim kapal untuk mematahkan blokade, dan mendesak Liga Arab, OKI, dan negara-negara Arab untuk menegakkan tanggung jawab mereka terhadap Gaza.
Sebelumnya, sebuah komite tingkat menteri di Gaza mengumumkan rencana pembukaan pelabuhan di Gaza yang memungkinkan warganya bepergian ke luar negeri untuk keperluan sekolah atau berobat.Alaa al-Batta, juru bicara komite itu mengatakan persiapan sedang dilakukan untuk memulai pembukaan pelabuhan untuk warganya yang sakit dan mahasiswa yang belajar di luar negeri.
Pelabuhan di Gaza saat ini dibatasi hanya untuk nelayan, yang hanya memungkinkan untuk mencari ikan maksimal enam mil laut dari pantai.Gaza sendiri merupakan rumah bagi 1,8 juta orang yang mendapat blokade Israel sejak 2006. Satu-satunya akses warga Gaza keluar negeri ialah lewat perbatasan Rafah, Mesir, namun Pemerintah Mesir telah menutup perbatasan tersebut sejak Oktober tahun lalu menyusul tewasnya sejumlah pasukan militernya oleh kelompok pemberontak.