REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA --Wakil Bupati Hadi Supeno meminta warga yang hidup di daerah rawan bencana untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Hal ini mengingat curah hujan di wilayah tersebut sejak beberapa hari terakhir masih tinggi.
Himbauan tersebut disampaikan Wabup saat menghadiri pemakaman mbok Darno (60 th), korban longsor warga Dkuh Pagergunung, Desa Pagergunung, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jumat (6/2). Korban meninggal tertimbun longsor saat sedang memetik teh di perbukitan desa setempat, Kamis (5/2).
Menurut Wabup, bila hujan deras turun di wilayah pemukiman warga yang masuk kategori rawan longsor, jangan sampai warganya tidak waspada.
''Demikian juga bila saat di ladang turun hujan turun deras. Tinggalkan saja semua pekerjaan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,'' katanya.
Demikian juga jika hujan turun pada malam hari, Wabup meminta agar kaum lelaki meningkatkan ronda keliling kampung. ''Intensifkan ronda bila sedang musim hujan seperti sekarang ini. Jangan sampai abai yang akhirnya malah ditebus dengan keselamatan keluarga kita,'' tambahnya.
Untuk mengurangi potensi longsor di daerah rawan bencana, Wabup juga meminta warga untuk banyak menanan pohon tegakka. ''Menanam tanaman rendahan seperti teh, sayur-sayuran boleh saja. Tapi jangan lupa menanam tanaman tegakan seperti pohon puspa, mahoni, aren, dan bambu. Tanaman in penting sebagai pengikat tanah agar kuat sehingga tanah tidak mudah gugur, sekaligus berfungsi menyimpan air,'' katanya.
Bahkan untuk tanaman aren, menurut Wabup, tidak hanya berfungsi menguatkan tanah. Namun juga mempunyai nilai ekonomis tinggi
“Bila pohon aren ditanam dengan baik, setelah enam – tujuh tahun satu pohon bisa menghasilkan nira 60 liter per hari. Jumlah ini bila diolah menjadi gula bisa menghasilkan kurang lebih 5 kg gula aren. Dengan harga jual Rp 12 ribu, satu pohon per harinya bisa diperoleh Rp 60 ribu. Berapa rupiah bisa diperoleh jika memiliki lima pohon,'' jelasnya.
Sementara Kades Pagergunung, Suprianto, longsor yang menewaskan mbok Darno (60) terjadi saat hujan turun sangat deras di desanya. Saat itu, mbok Darno tengah berada di ladang memetik daun teh.
''Saat hujan turun lebat, mbok Darno sebenarnya juga sudah berniat pulang. Namun ketika melintas di jalur sulit sisa dua longsoran sebelumnya, bukit di atasnya longsor lagi dan lansung menggulung mbok Darno hingga sejauh 100 m,'' jelasnya.