Jumat 06 Feb 2015 20:51 WIB

Kasus Labora Sitorus Cerminkan Masyarakat Indonesia

Sulitnya Mengeksekusi Labora
Sulitnya Mengeksekusi Labora

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan keterangan dari Kementerian Hukum dan HAM, upaya penangkapan Labora Sitorus belum berhasil karena harus berhadapan dengan masyarakat dan oknum aparat. Masyarakat dan oknum aparat yang berada di sekitar rumah Labora membela dan melindungi mantan polisi tersebut.

Menurut sosiolog Universitas Indonesia (UI) Musni Umar, kasus masyarakat dan aparat di Sorong yang melindungi seorang penjahat merupakan cerminan masyarakat Indonesia. Masyarakat tak lagi peduli dengan seorang itu jahat atau baik, asalkan mereka dapat untung dari sosok seperti Labora.

Ada tiga persoalan yang menyebabkan masyarakat seperti itu. Pertama, masih banyak masyarakat Indonesia yang berpendidikan rendah. Sehingga, mereka tidak bisa membedakan aturan hukum mana yang baik atau salah.

“Pokoknya masyarakat itu tahunya orang seperti Labora dermawan, tak peduli asal uangnya dari korupsi atau kejahatan lainnya,” kata Musni saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.

Kedua, lanjut Musni, masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sehingga, mereka mau bekerja apa pun dengan pengusaha yang usahanya melanggar hukum.

Ketiga, masyarakat Indonesia sangat mudah berutang budi pada orang yang menolongnya. Walaupun, pertolongan itu berasal dari cara-cara kejahatan. “Sehingga, akhirnya mereka merasa berutang budi pada Labora dan mau membelanya,” kata Musni.

Musni mengatakan, kasus seperti ini tidak hanya terjadi di Sorong, tetapi juga di banyak daerah lainnya di Indonesia. Jika melihat persidangan kasus korupsi di Pengadilan Tipikor, akan ditemukan fakta bahwa para koruptor itu mencuci uangnya dengan membantu mendirikan tempat-tempat ibadah dan kegiatan sosial lainnya.

“Dan masyarakat sangat menghormati bahkan sangat mengharapkan sumbangan dari pejabat-pejabat korup,” katanya.

Karena itu, Musni menyarankan ke depannya agar yang diperbaiki adalah masalah pendidikan mental. Di antaranya ditanamkannya nilai-nilai bahwa untuk meraih sesuatu itu harus dengan cara kerja keras, bukan dengan mengharapkan sumbangan dari pihak-pihak tertentu.

Selain itu, masalah kemiskinan juga harus diberantas hingga ke akar-akarnya. Karena, kemiskinan bisa membuat seseorang mudah menerima bantuan yang sumbernya tidak jelas.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement