Kamis 12 Feb 2015 11:17 WIB

Tak Ingin Ditindas, Umat Muslim Harus Punya 'Kiai Haji Dokter'

Rep: Heri Purwata/ Red: Indah Wulandari
Ketua MUI Din syamsuddin (tengah) berbicara dalam konfrensi pers di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI),Jakarta, Kamis (8/1).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ketua MUI Din syamsuddin (tengah) berbicara dalam konfrensi pers di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI),Jakarta, Kamis (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Nasib umat Islam di beberapa negara, khususnya Asia yang mendapat perlakuan diskriminatif harus segera disikapi dengan sejumlah ketegasan sikap dan pembuktian bahwa umat Muslim berilmu sehingga tak bisa ditindas.

“Saya kira ini perlu ada tindakan afirmatif komite internasional. Kedua, harus ada pembenahan peningkatan sumber daya manusia,” nilai dosen pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta K Yudian Wahyudi, Rabu (11/2).

Ia meminta umat Muslim menyadari bahwa salah satu penyebab kemunduran umat Islam di dunia ini akibat faktor keilmuan. Umat Islam terjajah mulai akhir abad XII, dan umat Islam tidak memiliki keilmuan yang kuat.

“Apa yang dikuasai umat Islam saat ini hanya soft skill. Padahal kalau ingin berperan harus menguasai hard skill,” jelasnya.

Karena itu, saat ini umat Islam harus bisa melahirkan orang-orang yang sangat mengerti agama dan menguasai experimental science.

“ Kalau di NU, bergelar Kiai Haji dokter, Kiai Haji Sarjana Teknologi Perkapalan, Kiai Haji Sarjana Ekonomi dan lain-lain,” harap Yudian.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement