Kamis 12 Feb 2015 15:22 WIB

Capai Swasembada Pangan, Bantuan ke Petani Harus Tepat

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Satya Festiani
Petani di persawahan di Weleri, Kendal, Jateng, Senin (29/12).
Foto: Republika
Petani di persawahan di Weleri, Kendal, Jateng, Senin (29/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia optimistis swasembada pangan bisa tercapai dalam waktu tiga tahun mendatang. Salah satu faktor yang dapat mendorong swasembada pangan yakni memperhatikan kebutuhan para petani.

Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Pangan Franciscus Welirang mengatakan, selain pupuk, kebutuhan petani yang mendesak yakni alat dan mesin pertanian (alsintan). Pemerintah memang sudah memiliki program pemberian traktor kepada petani, namun hal tersebut kurang tepat. Karena sebagian besar petani sudah mempunyai traktor.

"Mereka lebih membutuhkan planter, yakni mesin yang membantu menanam padi karena tenaga petani sudah mengalami kekurangan," kata Franciscus dalam acara Jakarta Food Security Summit, Kamis (12/2).

Selain itu, petani juga membutuhkan combine harvester yang sangat berguna untuk digunakan pada saat masa panen. Menurut Franciscus, alat tersebut dapat membantu meningkatkan produksi panen karena dapat mengurangi risiko kehilangan padi.

Kunci utama untuk mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas yang tinggi yakni dengan menerapkan pola bertani secara konsekuen, serta komprehensif. Franciscus mengatakan, dalam beberapa tahun ke depan kebutuhan pangan akan semakin meningkat. Oleh karena itu, pemerintah hendaknya tidak hanya memikirkan swasembada dalam jangka waktu tiga tahun mendatang saja, namun juga sampai puluhan tahun ke depan.  

"Petani bukan hanya sekadar bercocok tanam, namun juga menghasilkan produk yang cocok untuk industri," kata Franciscus.

Menurut Franciscus, Indonesia memiliki potensi hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan yang sangat besar. Akan tetapi, nilai ekspor dari ketiga sektor tersebut trennya masih rendah karena selama ini belum memiliki nilai tambah. Oleh karena itu, penanganan produk paska panen harus didorong lebih baik untuk meningkatkan nilai tambah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement