REPUBLIKA.CO.ID, Istilah Kick and Rush dalam sepakbola memang sudah sangat tidak asing lagi. Jika dilihat dari arti kata per kata dalam Bahasa Inggris, Kick berarti menendang dan Rush adalah terburu-buru. Maka dari itu, metode ini bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang berusaha mengalirkan bola secepatnya ke jantung pertahanan lawan, sehingga terjadi kemelut dan berujung gol. Biasanya Kick and Rush dimotori permainan para pemain sayap.
Di era 19880-an, Liverpool dikenal sebagai salah satu klub elite Inggris yang memegang teguh prinsip Kick and Rush. Dengan sebagian besar anggota skuat asli Britania Raya, TheReds disegani di pentas domestik dan tingkat Eropa.
Berbagai gelar pun mampu diraih the Reds, julukan Liverpool, salah satunya adalah Liga Champions yang disaat itu namanya masih bernama Piala Eropa. Stadion Parc des Princes, Paris, 27 Mei 1981, menjadi saksi Kenny Dalglish cs mengalahkan Real madrid dengan skor tipis 1-0 sekaligus membuat Liverpool meraih gelar tersebut untuk ketiga kalinya.
Tahun berikutnya, giliran Aston Villa yang menerapkan gaya bermain Kick and Rush dan sukses menjadi klub terbaik di Benua Biru setelah menundukkan Bayern Munchen 1-0 pada partai puncak yang dihelat di Rotterdam.
Di tahun 90-an pola permainan langsung ini pudar seiring dengan berkembangnya gaya sepak bola modern. Pelatih-pelatih mulai serius merubah taktik bermain, posisi pemain, pun dengan jebakan offside. Pola Kick and Rush menjadi kian mudah diantisipasi.
Salah satu pelatih yang masih menganut gaya bermain Kick and Rush adalah Tony Pulis. Pria bernama lengkap Anthony Richard Pulis itu, mulai dikenal kala membawa Stoke City promosi ke Liga Primer 2008/2009. Permainan khas Pulis berhasil membawa Stoke bertahan di Premier League yang terkenal kejam.
Stoke, saat itu, berada di peringkat ke-12. Bersama Pulis, Stoke dibawa melenggang ke Liga Eropa pada musim 2011/2012. Stoke diubah Pulis menjadi kesebelasan yang menyeramkan. Stadion Britania yang menjadi kandang, ia ubah bak Colloseum di Italia. Sejumlah kesebelasan bernama besar kesulitan untuk melawan.
Di level Timnas Inggris, metode Kick and Rush sempat diterapkan kembali ketika Fabio Capello menjadi pelatih. Pada perhelatan Piala Dunia 2010 silam, Inggris yang dihuni oleh pemain tenar seperti Steven Gerrard, Frank Lampard, dan Wayne Rooney tak mampu berbicara banyak. Hanya menempati urutan kedua di fase grup, Gerrard Cs harus tumbang di 16 besar lawan Jerman dengan skor mencolok 1-4.
“Menurut saya, dengan masih menganut gaya bermain Kick and Rush Timnas inggris mengalami kemunduran gaya permainan. Mereka tak mampu berbuat banyak dalam bermain sepa kbola,” sindir Franz Beckenbauer seperti dilansor laman the Sun.
Meski pola bermain Kick and Rush murni sudah dianggap ketinggalan zaman, filosofi mereka tetap memberi warna bagi sepak bola dunia dan kehadirannya patut diapresiasi, seperti jogo bonito dari Brasil, total football dari Belanda, catenaccio dari Italia dan tiki taka dari Spanyol.