Jumat 13 Feb 2015 21:47 WIB
Kongres Umat Islam Indonesia

Soal Risalah Yogyakarta, Ini Harapan Imam Masjid New York

Rep: c14/ Red: Agung Sasongko
Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat menutup acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI 2015 di  Yogyakarta, Rabu (11/2).   (Antara/Noveradika)
Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat menutup acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI 2015 di Yogyakarta, Rabu (11/2). (Antara/Noveradika)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kongres Umat Islam Indonesia yang berlangsung selama 8-11 Februari 2015 di Yogyakarta, menghasilkan setidaknya tiga rekomendasi dan sebuah dokumen historis, Risalah Yogyakarta. Ketiga rekomendasi itu konsen pada penguatan peran politik, ekonomi, dan budaya umat Islam Indonesia.

Adapun, Risalah Yogyakarta diposisikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), penyelenggara KUII, sebagai acuan bagi seluruh ormas Islam Indonesia bekerja lima tahun ke depan. Terkait dengan itu, Imam Besar Masjid New York, Amerika Serikat (AS), Imam Shamsi Ali mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilan MUI bersama dengan seluruh elemen umat Islam Indonesia melahirkan Risalah Yogyakarta.

Menurut Imam Shamsi Ali, hal ini menunjukkan, para pemuka Muslim Indonesia mulai tumbuh kesadarannya akan urgensi persatuan.

"Saya bersyukur, umat Islam Indonesia berhasil menyelenggarakan perhelatan akbar lintas organisasi, lintas kelompok dan bahkan lintas afiliasi politik. (Ini) menunjukkan, semakin tumbuh kesadaran, persatuan umat menjadi sebuah tuntutan mutlak dalam menghadapi tantangan-tantangan ke depan," jelas Imam Shamsi Ali dalam keterangan tertulis yang diterima ROL, Jumat (13/2).

Imam Masjid Al-Hikmah ini juga menekankan agar Risalah Yogyakarta wajib diterjemahkan ke dalam tindakan dan implementasi yang direncanakan serta terukur jelas. "Jangan sampai (Risalah Yogyakarta) sekadar menambah deretan file hasil keputusan kongres-kongres sebelumnya," pungkasnya.

Terakhir, Imam Shamsi Ali juga mendoakan, kebangkitan Islam dunia akan bermula di Indonesia. Meskipun kondisi negeri ini, cenderung masih dikatakan silang sengkarut, terutama persoalan politik kepentingan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement