Ahad 15 Feb 2015 18:04 WIB

Penyelidikan Suap di Piala Dunia Qatar Penuh Bias?

Rep: C69/ Red: Citra Listya Rini
Gambar stadion sepakbola di Doha, Qatar
Foto: AP
Gambar stadion sepakbola di Doha, Qatar

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA  --  Pimpinan Komite Piala Dunia Qatar 2022, Hassan Al Thawadi memprotes terdapat hasil bias pada laporan Kepala Penyelidik Etika FIFA, Michael Garcia. Hal itu terkait indikasi korupsi dalam pemilihan Qatar sebagai tuan rumah perhelatan turnamen sepak bola terbesar di dunia itu.

Juri Etika Independen FIFA, Hans Joachim Eckert sebelumnya telah menerima laporan Garcia dan membuat kesimpulan setebal 42 halaman. Laporan itu mengidentifikasi segala temuan yang dianggap tidak pantas dalam proses proses pemilihan.

Namun, Eckert punya pendapat lain. Ia melihat tidak ada bukti yang cukup untuk membenarkan proses pemilihan kembali. Penyelidikan ini kemudian memunculkan pertanyaan baru dan kontroversi.

Sebagai aksi protesnya, Garcia segera mengajukan banding atas pernyataan Eckert. Katanya, hasil kesimpulan yang ia publikasikan pada Kamis (13/11) sore WIB itu berisi kekeliruan. Ia bahkan mengundurkan diri yang mendorong pada spekulasi bahwa bukti kesalahan mungkin telah dibersihkan.

Banyak pemberitaan fokus pada Qatar yang sebagai penyelenggara Piala Dunia telah menangkis tuduhan korupsi itu. "Sata tidak bisa katakan apakah memang ada tuduhan melawan Qatar, tetapi apa yang bisa saya katakan adalah di sini ada penyelidikan yang bias," kata Al Thawadi kepada Al Jazeera, dikutip The National.

Menurutnya, segala hal, termasuk deskripsi, yang dilaporkan oleh Garcia terlalu fokus pada pihaknya. Sementara, Al Thawadi memandangnya tidak akurat.  "Kami sangat terbuka dan menerima penyidik yang berasal dari bangsa lain pesaing kami untuk tuan rumah 2022," lanjutnya.

Selama ini pihaknya tidak pernah mengangkat kasus ini karena merasa yakin dengan posisi mereka. Proses pun mereka rangkul, kerena merasa ini akan mengakhiri tuduhan tidak berdasar itu.

"Namun, entah bagaimana, fokus nampaknya masih pada kami. Saya pikir bahwa jika tidak ada yang lain, jelas menunjukkan ada bias," ungkap Al Thawadi.

Selain masalah itu, waktu penyelenggaraan Piala Dunia 2022 pun telah menjadi isu perdebatan. Isu ini juga menguar sejak peran sebagai tuan rumah turnamen itu diberikan pada Qatar pada tahun 2010.

Presiden FIFA, Sepp Blatter telah mengesampingkan pilihan waktu penyelenggaraan di musim panas. Hal itu terjadi meski Qatar terpilih sebagai tuan rumah dengan mengetahui bahwa mereka akan membangun teknolohi pendingin baru. Maksudnya, teknologi ini untuk menjaga suhu stadion tetap ideal.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement