REPUBLIKA.CO.ID, KUNLONG -- Presiden Myanmar Thein Sein mengumumkan keadaan darurat di kawasan Kokang di timur negara itu, Selasa (17/2). Dalam pengumuman yang ia sampaikan di televisi pemerintah, Sein juga memberlakukan darurat militer selama tiga bulan.
Pertempuran pecah pada 9 Februari antara militer Myanmar dan pasukan etnis Kokang Myanmar National Democratic Alliance Army (MNDAA). Sedikitnya 47 tentara Myanmar dan 26 anggota MNDAA tewas. Ribuan warga sipil mengungsi ke daerah lain di Myanmar atau menyeberangi perbatasan menuju Cina.
Pada Selasa, sekelompok orang menembak dan melukai dua orang dalam konvoi delapan kendaraan berlambang Palang Merah Myanmar. Konvoi tersebut sedang mengantar warga sipil.
"Kami belum pernah mengalami serangan seperti ini sebelumnya. Ini pertama kalinya," ujar juru bicara Palang Merah Shwe Cin Myint, Selasa.
Tentara pemerintah menuding serangan dilakukan MNDAA. Pertempuran itu membuat Cina waspada karena khawatir gelombang pengungsi membengkak.
MNDAA sebelumnya merupakan bagian dari Partai Komunis yang gencar memerangi pasukan pemerintah sebelum akhirnya pecah pad 1989.