REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Barack Obama akhirnya menunjuk Joseph Clancy sebagai Kepala Dinas Pengamanan Presiden Amerika Serikat (Secret Service) setelah Julia Pierson mengajukan pengunduran diri pada Rabu, 1 Oktober 2014 lalu.
Pengunduran diri Pierson dipicu insiden memalukan di Gedung Putih pada 19 September lalu. Saat itu, Omar Gonzales (42), berhasil memanjat pagar dan masuk ke Gedung Putih dengan membawa pisau.
Sosok Clancy sebenarnya sudah tak asing. Ia pernah melayani kepresidenan AS, namun hanya bersifat sementara, alias menggantikan Pierson sejak Oktober lalu. Penunjukan Clancy oleh Obama berdasarkan rekomendasi tim independen.
“Selama beberapa bulan terakhir, Clancy telah menunjukkan kepemimpinan yang diharapkan. Dia memiliki kredibilitas dalam memimpin Secret Service dan karenanya dia direkomendasikan oleh tim independen,” ujar juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/2).
Keputusan Obama memilih Clancy menuai kritik keras dari anggota parlemen Partai Republik, Jason Chaffetz. Dia secara terang-terangan tak sepakat dengan Obama karena memilih orang dari lingkaran dalam Secret Service.
“Orang-orang di Secret Service menginginkan awalan baru. Saat ini, Secret Service membutuhkan pemimpin yang dinamis dan transformatif dari luar agensi,” ujarnya.
Jason Chaffetz sendiri merupakan Ketua House Oversight and Government Reform Committee, yang menginvestigasi persoalan-persoalan di Secret Service.
Secret Service beberapa tahun terakhir memang terus dirundung masalah. Selain insiden pria loncat pagar Gedung Putih pada September 2014, kredibilitas agensi tersebut juga sempat jatuh akibat terungkapnya skandal seks anggotanya dengan PSK di Cartagena, Kolombia medio tahun 2012.
Kemudian pada 2011 seorang pria sempat melepaskan tembakan ke arah Gedung Putih, meski tidak mengakibatkan kerusakan parah dan jatuhnya korban jiwa maupun luka.