REPUBLIKA.CO.ID, JUBA-- Kelompok bersenjata Sudan Selatan telah menculik 89 anak laki-laki berusia 13 tahun. UNICEF PBB mengatakan penculikan massal terjadi pada awal pekan di Kota Wau Shilluk. Saksi mata mengatakan tentara bersenjata tak dikenal mengepung rumah masyarakat dan mengambil anak laki-laki.
"Perekrutan dan memanfaatkan anak-anak oleh pasukan bersenjata untuk menghancurkan keluarga dan masyarakat,"ujar Kepala UNICEF di Sudan Selatan Jonathan Veitch.
UNICEF memperkirakan setidaknya ada 12 ribu anak yang digunakan sebagai pasukan perang. Anak-anak yang diculik biasanya telah kehilangan keluarganya dan mereka tidak memilikis kesempatan sekolah. Sehingga mudah untuk direkrut untuk melakukan tindakan kekerasan.
Perekrutan anak-anak telah meningkat sejak pertempuran Desember 2013 lalu letika Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakilnya Riek Machar melakukan kudeta. Perang di Sudan Selatan terus berlanjut meski banyak tawaran gencatan senjata dan perundingan perdamaian berlangsung di Addis Ababa, Ethiopia.
Sebelumnya ini kelompok advokasi HUman Rights Watch menuduh pemberontak dan pasukan pemerintah secara aktif merekrut tentara anak. Meskipun hukum nasional melarang dan mereka berjanji untuk menghentikkan praktek tersebut.
Menteri Informasi Michael Makuei membantah laporan tersebut. Dia mengatakan pemerintah tidak menggunakan anak-anak untuk pertempuran. Tidak jelas kelompok bersenjata bertanggung jawab atas penculikan massal di sebuah kota di tepi sungai Nil. Daerah ini dibawah kendali panglima perang Johnson Olony.