REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pemasaran Perseroan Terbatas Pertamina (Persero) Ahmad Bambang mengatakan penyebab kelangkaan elpiji di beberapa daerah merupakan ulah pengecer nakal yang sengaja menahan stok.
"Jadi pengecer ingin dapat untung lebih dengan membuat kondisi seperti itu, seolah-olah Pertamina menahan pasokan," tuturnya di Jakarta, Kamis (26/2).
Ia mengatakan Pertamina segera mengadakan operasi pasar dan ditemukan bahwa penyerapan elpiji hanya sekitar 10 persen. "Salah satu penyebab rendahnya penyerapan itu karena ada beberapa pangkalan yang terindikasi bertindak nakal dengan menahan pasokan elpiji," katanya.
Ia menegaskan jika terbukti ada pihak yang terbukti nakal, maka pihak Pertamina tidak segan memberi sanksi berupa skorsing atau mengurangi pasokan ke distributor atau pengecer tersebut.
Selain mengadakan operasi pasar, Pertamina juga menambah pasokan elpiji tiga kilogram sebanyak 50 persen dari kuota harian, dan menyediakan elpiji di SPBU sehingga jika ada masyarakat yang kesulitan memperoleh elpiji dengan harga wajar bisa datang saja ke SPBU.
"Saya baru pulang dari Lombok, di sana harga elpiji tiga kg hanya Rp 18.000, kok bisa-bisanya di Depok yang dekat dengan Jakarta harganya bisa sampai Rp 22.000," ujar Bambang.
Pertamina sendiri menambah pasokan elpiji tiga kg di wilayah Jawa bagian barat pada 25-27 Februari 2015 untuk menjamin ketersediaan dan kestabilan harga komoditas tersebut.